Netizen Korsel Ramai Serukan Boikot Jepang
Hide Ads

Netizen Korsel Ramai Serukan Boikot Jepang

Fino Yurio Kristo - detikInet
Selasa, 09 Jul 2019 12:15 WIB
Ilustrasi. Foto: istimewa
Seoul - Hashtag #boycottjapan trending di Korea Selatan. Marah dengan aturan baru Jepang membatasi ekspor material penting dalam industri teknologi di negaranya, netizen Korsel menunjukkan dukungan dengan seruan untuk memboikot produk-produk asal Negeri Sakura.

Ribuan postingan dengan tagar tersebut dibagikan di Instagram sejak aturan ekspor baru diberlakukan pada 4 Juli silam. Beberapa dengan gambar menggunakan ikon matahari terbit lambang Jepang untuk kata 'No'. 'Boikot Jepang, jangan pergi, jangan beli' tulis mereka.

Netizen Korsel Ramai Serukan Boikot Jepang Foto: istimewa

Sebagian membagikan pembatalan tiket ke Tokyo, Osaka, dan destinasi populer Jepang lainnya. Jika berlanjut, bisa cukup runyam karena turis Korsel mencakup 13% dari total pengeluaran wisatawan asing di Jepang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Beredar pula daftar alternatif produk Jepang agar orang Korsel beralih. Uniqlo jadi salah satu sasaran di mana netizen diharapkan membeli dari toko busana lokal.

Korean Supermarket Alliance, organisasi yang mewakili 23 ribu toko, menyatakan dukungan atas aksi boikot Jepang. Untuk sementara, mereka akan menghentikan penjualan produk Jepang termasuk bir dan rokok. "Kami akan melawan sikap Jepang itu," tandas mereka.

Diberitakan sebelumnya, Jepang memperketat izin ekspor 3 material di mana mereka adalah produsen dominan. Yakni photoresist yang dipakai industri semikonduktor, hydrogen fluoride yang penting dalam proses pembuatan chip dan fluorinated polymides yang dipakai di layar smartphone.




Pembatasan adalah langkah balas dendam Tokyo karena pengadilan Korsel Oktober lalu, meminta Nippon Steel memberi kompensasi pada mantan buruh paksa saat Perang Dunia II. Jepang beragumentasi permasalahan itu selesai saat kedua negara memulihkan hubungan diplomatik pada 1965.

Dalam sejarahnya, antara Jepang dan Korsel memang sering tidak akur. Apalagi pada tahun 1910 sampai 1945, Jepang menduduki Negeri Ginseng tersebut yang menyisakan luka mendalam.


(fyk/krs)