Dokumen pengadilan menyebutkan, Ofo terbelit utang USD 36 juta atau di kisaran Rp 508 miliar pada pembuat sepeda Tianjin Fuji-Ta Bycicle Co yang dulu memasok sepeda pada mereka. Karena gagal bayar, Ofo diadukan ke pengadilan Tianjin.
Belakangan, ditemukan pula bahwa Ofo sama sekali tidak punya aset apapun untuk membayar, baik dalam bentuk properti, tanah atau kendaraan. Rekening bank Ofo pun sudah dibekukan terkait kasus lain dan tidak ada uangnya sedikit pun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tianjin Fu-Jita masih bisa melakukan banding jika mereka sendiri bisa menemukan aset Ofo. Apapun itu, nasib Ofo memang benar-benar parah saat ini.
Dikutip detikINET dari Asia Times, eksekutif top Ofo termasuk para pendirinya, Dai Wei dan Yang Pinjie serta General Manager Chen Jing, telah masuk daftar hitam pengadilan karena tak bisa memenuhi kewajiban pembayaran. Chen juga dilarang meninggalkan China.
Sebelum kejadian ini, Ofo pernah menjadi startup bernilai USD 2 miliar. Mereka jadi pionir sewa sepeda online, di mana untuk itu, peminat cukup melakukan scan kode QR dan jika sudah selesai, dapat meninggalkan sepeda di mana saja.
Ofo membeli sangat banyak sepeda yang dapat dengan mudah ditemukan hampir di seluruh perkotaan China, kemudian juga di mancanegara.
Lusinan rival lalu muncul dan berguguran, hingga tersisa 3 pemain besar, yaitu Ofo sendiri, Mobike serta Hellobike. Sayangnya, mereka harus membakar banyak uang sehingga meski populer, sukar meraih keuntungan.
Pada puncak ekspansi, Ofo beroperasi di sekitar 20 negara, dari Prancis, Australia sampai Amerika Serikat. Akan tetapi mereka terlalu agresif dengan mencoba membukukan pertumbuhan secepat munkgin. Tantangan pun menghadang, dari soal regulasi sampai kerusakan sepeda karena vandalisme. (fyk/fyk)