Sirclo melakukan penelitian dan menggali insight dari klien FMCG yang dimiliki, dan menyimpulkan setidaknya tiga tantangan utama yang dapat menghambat laju usaha FMCG jika tidak dikelola dengan baik.
Pertama, bisnis FMCG kesulitan untuk membangun keterampilan baru karena keterbatasan sumber daya manusia dan finansial. Misalnya, ketika usaha ritel hendak beralih ke kanal penjualan secara digital, maka dibutuhkan karyawan yang memahami infrastruktur informatika dan teknologi. Padahal, tidak semua pelaku usaha memiliki modal dan pembiayaan untuk melakukan perekrutan secara permanen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, dengan kehadiran banyaknya kanal penjualan online, mulai dari website sendiri hingga platform marketplace, banyak brand yang kewalahan dalam menjalankan hal-hal administratif. Penjual harus selalu siap sedia untuk membalas pesan satu per satu, menjawab komplain, atau mengecek stok secara manual. Pekerjaan repetitif ini menjadi beban yang mengonsumsi banyak waktu karyawan.
Untuk membantu brand menangani tantangan tersebut, Brian memperlebar layanan yang ditawarkan oleh Sirclo Commerce. "Banyak pelaku usaha FMCG yang kewalahan menghadapi pesanan, pertanyaan pembeli, sampai manajemen stok. Karena itu, kini Sirclo Commerce turut membantu mereka dalam menangani hal-hal operasional penjualan, seperti manajemen gudang, pengelolaan pemesanan, hingga pengiriman barang sampai ke tempat tujuan," kata Brian.
Dengan begitu, pelaku usaha dan karyawan inti perusahaan dapat berfokus untuk melakukan keahlian mereka, yaitu inovasi produk. Sistem otomatis dari Sirclo sangat menghemat waktu dan tenaga, agar kegiatan operasional dapat berjalan dengan lebih lancar dan efisien.
Layanan komprehensif dan terintegrasi yang disediakan oleh Sirclo menjadi populer di kalangan pelaku bisnis FMCG yang hendak berkiprah di industri e-commerce.
"Ketika Reckitt-Benckiser memutuskan untuk terjun di industri e-commerce, kami mencari partner bisnis yang memiliki pengalaman dan dapat membantu kami dalam pengoperasiannya. Saya senang bisa bekerja sama dengan Sirclo Commerce, karena mereka sangat fokus, memahami daya jual produk dan brand, serta responsif," kata Rudy Adrian, Head of e-Commerce dari Reckitt Benckiser Indonesia.
Ketiga, tanpa kompilasi data tentang konsumen, bisnis FMCG tidak bisa memaksimalkan strategi penjualan di berbagai platform digital. Dengan portofolio klien dari berbagai sektor, Sirclo memiliki kekuatan insight yang dapat dimanfaatkan untuk strategi pemasaran dan komunikasi. Misalnya, pada periode Agustus 2018-Januari 2019, sepuluh produk paling laris dalam Sirclo Commerce adalah di kategori kosmetik dan kecantikan; makanan dan minuman; serta perlengkapan rumah. Laporan Sirclo juga mengungkapkan bahwa pembelian online paling banyak dilakukan di hari Sabtu (23%) dan Minggu (25%).
Dengan mengakses data-data seperti ini, maka bisnis FMCG bisa membuat kampanye atau promosi yang sesuai. Misalnya, dengan menawarkan diskon atau cashback pada akhir pekan, sehingga orang akan semakin tertarik untuk membeli. Data dan fakta ini menjadi kunci penting agar bisnis FMCG dapat memahami preferensi konsumen dan selalu memberikan tawaran yang sesuai. Penjual juga bisa memprediksi saat yang tepat untuk melakukan pengisian stok barang dan variasi produk yang ingin ditawarkan. (asj/asj)