Lantas, seberapa genting kah pengambilan keputusan untuk melantai di bursa bagi Bukalapak? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara memiliki pandangannya sendiri terkait hal tersebut.
Baca juga: Sudah Ada Rencana IPO, Bukalapak? |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau decacorn misalkan, decacorn kan setidaknya valuasinya USD 10 miliar, itu berarti sekitar Rp 145 triliun. Kalau dia 20% kepemilikannya dilepas di pasar modal, berarti Rp 29 triliun. Kalau dia listing di indonesia, siapa yang mau nyerap 29 triliun? Jadi kalau decacorn kelasnya, listingnya itu biasanya di global," tuturnya.
"Tapi kalau unicorn, katakanlah USD 1 miliar, atau katakanlah USD 2 miliar, itu kan sama dengan Rp 29-30 triliun. Kalau 20% dilepas berarti Rp 6 triliun, mungkin masih ada investor yang mau masuk dari dalam negeri. Kan tidak gampang mendapatkan puluhan triliun rupiah di indonesia karena kan pasarnya tidak sebesar pasar New York, Tokyo," ujarnya menambahkan.
Sebelumnya, pria yang kerap disapa Chief RA ini memang terus berupaya untuk mendorong empat startup unicorn Tanah Air, yaitu Go-Jek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia untuk melantai di bursa. Baginya, keempat startup tersebut harus cepat jika ingin IPO, karena ketika sudah naik level ke decacorn, dikhawatirkan pasar modal Indonesia tak sanggup menampungnya.
Bukalapak sendiri sebelumnya telah diundang oleh mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio dalam membicarakan persyaratan untuk IPO. Saat itu, Bukalapak meminta ada sedikit kelonggaran peraturan, terutama terkait dengan penerbitan laporan keuangan yang terperinci.
(mon/krs)