Tahun lalu, tepatnya Agustus 2017, Microsoft memperkenalkan Azure Stack ke Indonesia, setelah pertama kali dirilis secara global pada Januari 2016. Kemudian, akhir tahun lalu, solusi hybrid cloud mereka itu mulai beroperasi.
Bagi yang belum akrab dengan Azure Stack, ia adalah perpanjangan dari Microsoft Azure, teknologi cloud milik perusahaan pimpinan Satya Nadella itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini memungkinkan penggunanya untuk menentukan mana data yang boleh disimpan di Microsoft Azure yang sifatnya public cloud atau pusat data di luar negeri dan apa saja yang harus dijaga privasinya. Untuk aspek kedua, informasi bisa disimpan secara internal dengan Azure Stack.
Selain itu, penggunanya juga bisa menerapkan aplikasi yang dibangun di Microsoft Azure menggunakan Azure Stack. Contohnya ketika coba-coba membangun ekosistem blockchain di public cloud dan memindahkannya di software on-premise.
Saat ini, Microsoft sudah memiliki sejumlah mitra Azure Stack, yaitu Telkomtelstra, VibiCloud, CBN, Visionet, dan Datacomm.
Yos Vincenzo, Cloud and Enterprise Business Lead Microsoft Indonesia, mengatakan pihaknya akan terus mengincar perusaaan lokal untuk menggunakan Azure Stack. Pemerintah pun juga tak luput untuk menjadi pihak yang akan diajak kerja sama.
![]() |
"Mereka (enterprise dan pemerintah) sama-sama nanyain apa sih hybrid (cloud)," ujarnya saat dijumpai dalam sebuah kesempatan di Jakarta.
"Mungkin enterprise lebih dulu nyarinya, pemerintah belakangan. Tapi pada dasarnya sama kok," katanya menambahkan.
Sebelumnya, perangkat hybrid cloud tersebut juga sudah unjuk gigi di acara sekelas Asian Games 2018. Di gelaran olahraga empat tahunan itu, Azure Stack memang tidak dinikmati oleh penonton secara luas.
Adalah para ofisial dari tiap-tiap negara peserta yang menikmatinya. Dengan perangkat tersebut, mereka bisa mendapat data mengenai informasi para kontingen seperti salah satunya kondisi fisiknya.
(rns/krs)