Namun demikian, ada perusahaan-perusahaan teknologi yang menjadi pemain berpengaruh pada zamannya, yang punya dampak masif di pasar. Beberapa nama di antaranya, mungkin tidak dikenal oleh anak-anak generasi sekarang.
Banyak dari perusahaan teknologi ini mencapai status tertinggi dan disegani karena inovasi mereka. Sayangnya, mereka gagal untuk terus berkembang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut adalah sejumlah nama raksasa teknologi yang dulu berjaya, kini merana, mulai dari BlackBerry sampai Kodak.
BlackBerry
BlackBerry si raja smartphone pada masanya. Foto: Getty Images
|
Perangkat ini memungkinkan pengguna mudah terkoneksi dengan internet, mengirim dan menerima email, dan tentu saja bisa chat lewat BlackBerry Messenger.
Ponsel BlackBerry ada di mana-mana. Tercatat, pada 2011, BlackBerry yang dulunya bernama Research In Motion ini sukses menjual lebih dari 50 juta ponsel di 2011.
Sejumlah operator di berbagai negara juga memberikan promo dan paket internet khusus untuk BlackBerry, menjadikan ponsel seperti BlackBerry 8510 sangat populer digunakan, termasuk di Indonesia.
Di 2016, BlackBerry hanya mampu menjual sekitar 4 juta perangkat setiap tahunnya. Saat ini, merek BlackBerry masih ada, namun dengan ponsel yang kini berbasis Android. Namun posisi sang raja telah tergantikan oleh Apple dan Samsung.
MapQuest
Foto: Internet
|
MapQuest sekarang masih eksis dan beroperasi, namun namanya di ranah konsumen pengguna peta digital tergerus Google Maps dan Apple Maps yang lebih populer.
Kemudahan melacak arah secara real time lewat smartphone tentu saja membuat layanan seperti MapQuest kurang menarik.
Seiring kian meredup sinarnya, MapQuest berupaya melakukan sejumlah peningkatan agar bisa seperti layanan peta digital yang kita gunakan saat ini.
Netscape
Foto: Internet
|
Pada masa kejayaannya, Netscape mencatatkan sejarah bagaimana perusahaan teknologi berkembang melalui gugatan undang-undang anti monopoli pasar yang dimenangkannya melawan Microsoft, dengan implikasi yang masih membawa pengaruh di industri saat ini.
Netscape memang memenangkan gugatan melawan Microsoft. Namun pada akhirnya, dia kalah dalam persaingan di pasar browser melawan dominasi Internet Explorer.
Akhir cerita, tak lagi Netscape menyerah dan dukungan untuk semua browser Netscape dihentikan pada 2008.
Napster
Foto: Internet
|
Napster membantu mempercepat pergantian dari CD musik ke library musik yang disimpan di dalam flash drive.
Kekuatan terbesar Napster adalah kemampuannya untuk bertukar apapun, termasuk materi yang punya hak cipta. Seiring perjalannya, Napster yang semula ingin berkembang menawarkan layanan berbasis langganan, tak sanggup menghadapi persaingan.
Meski sinarnya tak seterang dulu, Napster saat ini masih eksis setelah merger dengan Rhapsody, dengan masih menggunakan brand Napster.
MySpace
Foto: Internet
|
Majalah Time saat itu memasukkan MySpace ke dalam daftar 50 website terbaik di 2006, bahkan menyebutnya sebagai 'tempat di mana para bintang internet lahir'.
Saat Facebook datang di 2009, kemunculannya dengan cepat menyingkirkan MySpace. Selanjutnya, MySpace menjadi website di mana orang hanya datang mengeceknya sebentar apakah masih eksis atau tidak.
Kini, media sosial dikuasai Facebook dan Instagram yang masih berada di bawah naungannya. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti, Facebook dan Instagram pun akan tergantikan oleh layanan lain dan bernasib sama seperti MySpace.
Kodak
Foto: Petapixel
|
Kejayaan ini memudar seiring kamera digital kian dikenal. Kodak saat ini bertahan hidup di sektor retail dengan menjual produk selain kamera.
Yang menyedihkan, Kodak menjual sebagian besar aset warisannya pada dekade lalu dan melinsensikan brandnya pada mitra yang membuat produk seperti kamera digital.
Dalam perkembangan terbarunya, Kodak kini melirik kerja sama dengan perusahaan digitalisasi film dan video asal Tennessee, Amerika Serikat. Sejatinya, ini adalah rebranding LegacyBox, sebuah perusahaan digitalisasi foto.