Kerugian ini disebabkan oleh peningkatan pengeluaran perusahaan penyedia jasa ride sharing itu. Memang, kerugian ini tak sebesar periode yang sama pada 2017, di mana mereka mencatatkan kerugian USD 1,1 miliar, meski jika dibandingkan Q1 2018, kerugian ini memang meningkat drastis.
Laporan keuangan Uber pada Q1 2018 mencatatkan keuntungan -- yang sangat langka bagi Uber -- karena keputusan mereka menjual bisnisnya di Rusia dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia di dalamnya, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Kamis (16/8/2018).
Saat ini saham Uber memang masih belum go public alias masih merupakan perusahaan privat, yang membuat mereka sebenarnya tak perlu mengeluarkan laporan keuangan namun tetap mereka lakukan.
Namun hal ini akan berubah --jika sesuai rencana -- pada pertengahan kedua 2018, karena mereka berencana untuk mulai menjual sahamnya ke publik. Laporan keuangan terbaru ini bakal membuat rumit rencana tersebut, karena laporan keuangan yang buruk tentu akan mempengaruhi niat investor untuk membeli saham Uber.
Baca juga: Uber Pecat 100 Operator Mobil Otonom |
Pada 2017 saja, Uber mencatatkan kerugian sebesar USD 4,5 miliar, dan secara total sudah membakar uang sebanyak USD 11 miliar sejak pertama diluncurkan pada 2009. Namun dengan kerugian sebanyak itu, saat ini Uber masih mempunyai simpanan uang sebesar USD 7,3 miliar.
Tonton juga 'Bisnis Uber di Turki Berakhir':
(rns/rns)