Mengintip Rencana Go-Jek Tantang Grab di 4 Negara ASEAN
Hide Ads

Mengintip Rencana Go-Jek Tantang Grab di 4 Negara ASEAN

Agus Tri Haryanto - detikInet
Kamis, 24 Mei 2018 12:44 WIB
Mengintip Rencana Go-Jek Tantang Grab di 4 Negara ASEAN
Foto: Mustiana Lestari/detikcom
Jakarta - Akhirnya Go-Jek telah memantapkan diri untuk mengembangkan sayap bisnisnya ke luar negeri. Dalam beberapa bulan ke depan, Go-Jek akan mencoba meruntuhkan dominasi Grab yang nyaris tak ada saingan pasca-akuisisi unit bisnis Uber di Asia Tenggara.

Di samping untuk bersaing dengan Grab. Rencana perluasan layanan sampai ke mancenegara ini juga bisa melepas anggapan kalau Go-Jek tak hanya jago kandang. Sebagai informasi, semenjak berdiri pada 2010, perusahaan ini fokus mengembangkan bisnisnya di dalam negeri saja, yaitu Indonesia.

Dalam pernyataannya yang dikutip detikINET dari CNBC, Go-Jek mengungkapkan bahwa mereka akan menyambangi empat negara di Asia Tenggara, diantarnya Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk merealisasi ekspansinya itu, Go-Jek menyiapkan dana investasi sebesar USD 500 juta atau sekitar Rp 7,1 triliun. Lantas, bagaimana kondisi transportasi di empat negara tersebut hingga Go-Jek ingin menyediakan layanannya di sana? Berikut sekelumit ulasannya.

1. Vietnam

Foto: (Danu Damarjati/detikTravel)
Kabar Go-Jek ekspansi bisnisnya ke Vietnam masih hangat. Diberitakan sebelumnya bahwa jadwal kapan perusahaan besutan Nadiem Makarim itu melenggang di negara tersebut sudah terkuak.

Go-Jek berencana untuk hadir di Vietnam pada Juli ini, di mana itu waktu yang sama dengan Mass Vehicle Ledger (MVL), perusahaan transportasi online asal Singapura yang sama-sama mengincar Vietnam sebagai negara berikutnya.

Informasi tersebut makin sahih yang terbukti dengan gerak-gerik Go-Jek untuk meminang driver di Vietnam. Kehadiran Go-Jek maupun transportasi online lainnya di sana menjadi angin segar, usai Uber hengkang usai dicaplok Grab.

Sejak Uber resmi meninggalkan pasar Asia Tenggara, Grab dituding menciptakan monopoli, khususnya di Vietnam. Pihak berwenang di negara itu menemukan bahwa ada tanda-tanda Grab melanggar Undang-Undang antitrust.

Hasil dari penyelidikan awal ditemukan kalau pangsa pasar Grab di Vietnam tercatat melebihi 50%, setelah perusahaan tersebut membeli Uber. Hal ini menjadi tanda potensial bahwa Grab telah melanggar peraturan di Vietnam mengenai konsentrasi ekonomi.

2. Thailand

Foto: Nfadils/d'Traveler
Kondisi kota di Thailand, khususnya Bangkok serupa dengan apa yang terjadi di Jakarta. Kotanya yang padat ditambah kemacetan yang terus melanda, semakin menebalkan persoalan transportasi di sana.

Meski Thailand memiliki moda transportasi seperti MRT dan juga transportasi air, tetapi jalanan Bangkok tetap ramai dengan kendaraan. Keberadaan layanan transportasi online, tentu menjadi solusi dari kesemrawutan persoalan angkutan umum.

Melihat kondisi tersebut, yang tampaknya Go-Jek ingin mendatangi Thailand sebagai penawar dari kemacetan kota yang terus menghiasi setiap harinya. Di sana, lagi-lagi pesaing utama Go-Jek adalah Grab.

Sama seperti di negara Asia Tenggara lainnya, otoritas Thailand cemas Grab akan terlalu mendominasi layanan ride sharing. Maka kehadiran Go-Jek mungkin bakal jadi lawan yang sepadan.

3. Singapura

Foto: Rafika Aulia/d'Traveler
Berbeda dengan ketiga negara yang akan disambangi oleh Go-Jek ke depannya, Singapura menjadi negara yang sudah dijajaki oleh startup ride hailing ini.

Go-Jek telah resmi membuka kantor di Singapura pada Juni 2017. Ini merupakan kantor kedua, usai Go-Jek membuka kantor di Bengaluru, India.

Vice President Data Science Go-Jek, Misrab Faizullah-Khan, mengatakan kantor Go-Jek di Singapura untuk saat ini hanya difokuskan untuk kegiatan data science. Go-Jek masih fokus melayani pasar Indonesia yang masih sangat besar potensinya.

"Ada 250 juta orang di Indonesia, jadi kami sangat jauh dari membuat jenuh pasar itu," ungkap Misrab dikutip dari Straits Times, Kamis (22/6/2017).

Setelah Uber pergi dari Asia Tenggara, termasuk Singapura, pemerintah setempat tak ingin bisnis ride hailing hanya dikuasi pemain tunggal.

Salah satu tanda-tanda yang sudah diperlihatkan adalah percakapan yang digelar antara ComfortDelGro dengan Go-Jek. Menurut laporan yang beredar, perusahaan taksi raksasa asal Singapura ini telah menggelar diskusi dengan Go-Jek terkait potensi kerjasama di negaranya.

Bila terjadi kesepakatan, maka Go-Jek akan mengganti posisi Uber yang sebelumnya sudah menjalin kerjasama dengan ComfortDelGro. Kerjasama ComfortDelGro dengan Uber sejatinya baru terjalin bulan Desember 2017 lalu. Hanya saja, perjanjian tersebut batal karena Uber menjual bisnisnya di Asia Tenggara kepada Grab.

4. Filipina

Foto: Mauludi/detikHOT
Permintaan Go-Jek untuk hadir di Filipina secara terang-terangan diungkapkan oleh politisi asal negara Kepulauan itu. Adalah politisi dan anggota parlemen Filipina bernama Lois Campos yang menyatakan agar Go-Jek datang ke negaranya.

Campos yang mewakili kota Makati mengatakan Go-Jek sangat populer di Indonesia dan telah memiliki ratusan ribu driver. Jadi, mereka berpeluang juga menjadi lawan berat Grab di Filipina.

"Kombinasi bisnis regional Uber dan Grab tidak hanya menurunkan tapi juga secara efektif mengeliminasi kompetisi di pasar ride sharing Filipina," katanya dikutip detikINET dari Inquirer.

"Untuk melawan dan membangun kembali kompetisi, kita mungkin akan mendorong pemain besar lain seperti Go-Jek untuk datang," tandasnya.

Bahkan, regulator transportasi di Manila membocorkan bahwa Go-Jek tengah menjajaki agar layanan mereka tersedia di Filipina. Pembahasan ini rupanya terjalin, dalam beberapa hari usai Uber angkat kaki dari negara ini.

Jadi, kapan Go-Jek meresmikan ekspansinya di empat negera ini? Kita nantikan saja.

Halaman 2 dari 5
(agt/fyk)