Badai yang menerpa Facebook terkait dengan penyalahgunaan data milik 87 juta penggunanya oleh Cambridge Analytica ternyata tidak berpengaruh besar pada bisnis perusahaan ini. Terbukti, jejaring sosial tersebut berhasil membukukan kenaikan pendapatan dan juga user aktif bulanannya.
"Banyak orang terus berbicara soal betapa buruknya dampak yang akan menimpa Facebook, tapi laporan pendapatannya sangat positif bagi saya. Ini menunjukkan bahwa Facebook baik-baik saja, dan mereka akan mampu melewati ini," ujar Daniel Morgan, Senior Portfolio Manager Synovus Trust Company, sebagaimana detikINET kutip dari Reuters, Kamis (26/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Total pendapatan yang berhasil diraup oleh Facebook mencapai USD 11,97 miliar (Rp 166 triliun), lebih tinggi dibanding perkiraan para analis di angka USD 11,41 (Rp 158 triliun) miliar. Bagi pemegang saham, mereka akan mendapat keuntungan USD 1,69 per lembarnya. Secara keseluruhan, para shareholder akan mendapat keuntungan gabungan mencapai USD 4,99 miliar (Rp 69 triliun).
Angka tersebut tak lepas dari model bisnisnya yang menjajakan iklan semakin tumbuh berkat hadirnya konten-konten video dari para pengiklan. Diperkirakan, Facebook dapat menguasai 18% pasar iklan digital secara global tahun ini. Angka tersebut hanya bisa dikalahkan oleh Google dengan 31% bagian, berdasarkan data dari firma riset bernama eMarketer.
Bertambahnya pendapatan Facebook akan diiringi dengan semakin besarnya pengeluaran mereka. Chief Financial Officer David Wehner mengatakan bahwa pengeluaran tahun ini akan tumbuh di kisaran 50% - 60%, meningkat dari perkiraan sebelumnya yang berada pada 45% - 60%.
Kas keluar Facebook, sebagaimana disebutkan oleh Wehner, kebanyakan mengarah untuk keperluan keamanan dari jejaring sosial itu sendiri. Hal tersebut meliputi penghapusan akun palsu, ujaran kebencian, serta video-video bermaterikan kekerasan di dalamnya.
Selain mencatatkan pertumbuhan pada pendapatan dan pemasukan, saham Facebook pun ikut meroket sebesar 7,1% ke angka USD 171 (Rp 2,7 juta). Terakhir kali saham Facebook meningkat di atas 7% terjadi pada 28 April 2016, saat jejaring sosial ini membukukan pertumbuhan sebesar 7,2%.
Deretan pencapaian ini seakan menjadi pembalasan dari perusahaan yang valuasinya sempat anjlok pada saat kasusnya dengan Cambridge Analytica menyeruak. Kala itu, Facebook sempat kehilangan valuasi sebesar lebih dari USD 50 miliar.
Selain itu, hal ini juga semakin menegaskan bahwa 'kampanye' #deletefacebook yang cukup viral di media sosial tidak berdampak signifikan bagi perusahaan tersebut. Hal tersebut sebelumnya sempat diungkapkan oleh Carolyn Everson, Global Marketing VP Facebook. (fyk/rou)