Dalam sebuah rilis, perusahaan asal Amerika Serikat ini mengungkapkan bahwa produk drone mereka, Karma, menghadapi kesulitan dalam memenuhi target profit yang dicanangkan di tengah ketatnya persaingan.
GoPro mengatakan bahwa mereka akan terus memberikan pelayanan dan bantuan terhadap konsumen terkait Karma, sembari menjual inventaris yang berhubungan dengan drone tersebut, seperti detikINET lansir dari The Verge pada Selasa (9/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak GoPro turut menyebutkan bahwa regulasi yang ditetapkan di Amerika Serikat dan Eropa kurang bersahabat, sehingga dapat mengurangi pasar dalam beberapa tahun ke depan.
Karma pertama kali dijual secara luas pada Oktober 2016, dan sempat dilabeli sebagai 'produk belum jadi'. Ditambah, harga USD 799 (Rp 10,7 Juta) pun terasa sangat mahal. Lalu terjadi insiden penarikan sekitar 2.500 unit Karma pada November 2016 akibat kerusakan yang membuat drone tersebut kehilangan sumber daya.
Aksi recall ini berperan besar dalam kerugian senilai USD 373 Juta (Rp 5 Triliun) yang ditanggung oleh GoPro sepanjang 2016. Akibatnya, para kritikus pun menilai bahwa GoPro sukar menandingi DJI untuk urusan produk drone.
(fyk/fyk)