Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Kominfo Mentahkan Keraguan IDC Soal Target Muluk e-Commerce

Kominfo Mentahkan Keraguan IDC Soal Target Muluk e-Commerce


Muhammad Alif Goenawan - detikInet

Foto: detikINET/Muhammad Alif Goenawan
Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) langsung menanggapi pernyataan International Data Corporations (IDC) yang meragukan kemampuan pemerintah merealisasikan target valuasi bisnis e-commerce di Indonesia sebesar USD 130 miliar pada 2020 mendatang.

Saat ditemui selepas pembukaan Indonesia Internet Expo & Summit (IIXS), Dirjen Aptika Kominfo, Semuel A. Pangerapan mengaku optimistis bahwa Indonesia bisa mencapai target tersebut. Bahkan, ia amat yakin bila nilai pasar e-commerce bisa melebihi dari target yang ditetapkan.

"Oh, kalau menurut saya 2020 seharusnya bisa lebih dari itu. Mengapa, karena semua transaksi akan melewati digital. Apakah itu namanya bukan e-commerce? Kalau memang nantinya semua pembayaran melalui digital, ya pasti bisa lebih," ungkap Semuel kepada detikINET di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (22/11/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keyakinan itu juga berlandasan pada target pemerintah dimana nantinya di tahun 2020 sekitar 75% orang dewasa (rentang umur 15 tahun ke atas) di Indonesia masuk dalam sistem keuangan atau perbankan. Dengan demikian, Sammuel mengatakan bahwa ini tentu akan menjadi peluang untuk meningkatkan transaksi digital.

"Sekarang ini kan masih 36% masyarakat Indonesia masuk dalam sistem perbankan. Tapi nanti ketika 75%, artinya peluang akan semakin besar. Transaksi-transaksi akan terjadi secara online. Kalau itu dimasukkan sebagai e-commerce ya jauh semakin tinggi dong," ujar mantan Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) ini.

Tak hanya itu, Semuel juga menyoroti pernyataan IDC mengenai metode pembayaran yang menurutnya tak harus dilakukan dengan menggunakan kartu kredit saja.

"Kalau kita bicara mengenai alat pembayaran. Masyarakat Indonesia ini bukan orang-orang yang gemar kredit. Ya kalau tidak ada uang ya tidak usah belanja. Kan gitu," papar Semuel.

Maka dari itu, lanjut Semuel, harus ada perubahan pola pikir di antara masyarakat mengenai alat pembayaran ini. Menurutnya apabila nanti sudah ditemukan alat pembayaran yang cocok untuk budaya di Indonesia maka transaksi otomatis akan meningkat.

Masih dalam pembahasan yang sama, Semuel tidak setuju apabila IDC tidak memasukan layanan Go-Jek dan sejenisnya sebagai e-commerce. Menurutnya layanan ride sharing apapun itu masuk ke dalam kategori e-commerce.

"Lho, sekarang saya tanya, e-commerce itu apa? Commerce artinya perdagangan. Perdagangan transaksinya dengan cara digital. Kalau dalam perdagangan selain barang kan ada juga jasa. Go-Jek ini menawarkan jasa. Mengapa tidak masuk ke dalam e-commerce?" sanggah Semuel.

Maka dari itu, apabila semua aspek e-commerce termasuk pula Go-Jek dan marketplace yang beberapa waktu lalu disanggah oleh IDC, maka tidak menutup kemungkinan nilai transaksi e-commerce Indonesia untuk tahun 2020 bisa melebihi dari yang ditargetkan. (mag/rou)





Hide Ads