Meski begitu, IDC mengatakan bahwa keraguan itu bisa terselesaikan jika pemerintah melakukan pembenahan di sejumlah sektor. Apa saja gerangan?
Pembenahan di berbagai sektor itu termasuk di antaranya adalah infrastruktur internet yang memadai di Indonesia. Berdasarkan informasi yang diumbar oleh IDC, saat ini penetrasi internet di Indonesia masih 50%, belum lagi internet di Indonesia kerap down.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping itu, kebiasaan masyarakat Indonesia dalam melakukan pembayaran juga akan mempengaruhi nilai transaksi e-commercr itu sendiri. Menurut IDC, transaksi e-commerce yang seharusnya adalah dilakukan dengan menggunakan kartu kredit, bukan mobile banking, transfer ATM, apalagi cash on delivery (COD) seperti yang marak terjadi.
Indonesia, menurut Mevira, penetrasi kartu kredit di Indonesia menjadi yang terendah di Asia Tenggara. "Tahun 2015 kami mencatat hanya 1,6% masyarakat Indonedia yang memiliki kartu kredit. Angka itu jauh tertinggal dengan negara tetangga, seperti Malaysia dengan angka 20,2% dan Vietnam yang mencapai 1,9%," ujarnya.
Selain pembayaran, logistik juga menjadi salah satu faktor penting. "Jadi kalau misalnya top tiga masalah ini bisa diatasi dengan baik, mungkin akan membantu mencapai target," tutur Mevir.
Meski terdapat banyak kendala, ada beberapa hal yang disebut bisa mendorong pertumbuhan e-commerce di Indonesia. Salah satunya adalah Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XIV yang baru saja diresmikan oleh pemerintah.
Dalam paket tersebut rancangan peta jalan e-commerce yang mengatur perkembangan e-commerce di Indonesi. Hadirnya peta jalan e-commerce ini diyakini mampu menghadirkan lebih banyak lagi pemain e-commerce dari yang ada saat ini.
Hanya saja, Sudev Bangah selaku Country Manager IDC Indonesi berpesan agar para pelaku e-commerce bisa bersaing dengan sehat, tidak terlibat perang harga satu sama lain.
"Pasar e-commerce pada akhirnya akan ramai sesak. Perang harga pun terjadi. Di sinilah inovasi dibutuhkan. Jika tidak ada inovasi, maka akan berujung pada pop the bubble atau kebangkrutan," ujarnya dalam kesempatan yang sama. (mag/rou)