Berdasarkan data GFK semester pertama 2016, industri elektronik nasional mengalami penurunan sebesar 3% jika dibandingkan dengan data semester pertama 2015, yaitu dari Rp 48 triliun menjadi Rp 46 triliun.
"Penurunan ini sedikit banyak mempengaruhi bisnis. Konsumen harus pikir-pikir dulu sebelum ganti barang elektronik, beli yang baru," komentar Corporate Marketing Director Samsung Electronic Indonesia Jo Semidang, di acara Samsung Corporate Media Session di hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (30/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabar baik lainnya, meski kategori ponsel dan TV mengalami penurunan, pangsa pasar Samsung untuk dua kategori ini terbilang stabil, berdasarkan riset GFK di semester I 2016.
"Untuk kategori smartphone stabil di 44%, Samsung juga masih nomor satu untuk kategori TV, mencapai 35% di semester pertama 2016. Malah naik dari semester yang sama di tahun sebelumnya di 34%," papar Jo mengutip data GFK.
Ditambahkannya, kategori UHD TV mengalami peningkatan pangsa pasar yang cukup signifikan. Pada 2015, tercatat pangsa pasarnya mencapai 49% dan di tahun ini melesat hingga 60%, menjadikan Samsung tetap berada di urutan pertama untuk kategori UHD TV.
Untuk menggairahkan lagi angka penjualan untuk kategori produk elektronik yang menurun, Jo menyebut strategi dan inovasi menjadi kunci utama bersaing dengan kompetitor. Mesin cuci dengan papan pengucek dan pintu kecil untuk menambah cucian adalah dua di antara inovasi yang ditawarkan Samsung, sesuai dengan riset mereka kepada konsumen.
"Mesin cuci dengan papan pengucek itu terinspirasi dari sebagian besar ibu-ibu kalau nyuci harus dikucek. Tiap tahun ada product innovation di masing-masing negara. Kita biasanya share masalah yang dihadapi konsumen dan oportunity-nya. Indonesia salah satunya, karena market yang besar dan ide-ide dibawa ke R&D center," tutup Jo. (rns/rou)