Dikutip detikINET dari media Dow Jones, jelas bukan tanpa alasan Amazon menyasar Indonesia. Penjualan e-commerce Indonesia saat ini diperkirakan baru sekitar USD 3,2 miliar, jumlah yang kecil dibandingkan nilai pasar retail yang sebesar USD 150 miliar.
Artinya, masih ada potensi industri e-commerce yang sangat besar di negara ini. Belum lagi Indonesia adalah negara dengan populasi keempat terbesar di dunia dan kelas menengahnya terus naik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian raksasa telekomunikasi Jepang SoftBank serta Sequoia Capital berinvestasi di TokoPedia. Ada juga pemain e-commerce tenar yang didukung konglomerasi lokal, yakni BukaLapak dengan pemegang saham utama PT Elang Mahkota Technologi atau Emtek Group.
Masih ada pemain lain yang pantas diperhitungkan. Sebut saja BliBli yang didukung Djarum serta tentu saja MatahariMall yang punya modal besar di bawah bendera Lippo Group.
Menanggapi rencana kedatangan Amazon, pemain e-commerce lokal buka suara. CEO Blibli Kusumo Martanto mengatakan, jika akhirnya Amazon benar-benar menjejakkan kaki di Indonesia, Blibli tak ambil pusing. Kepercayaan konsumen dan basis pelanggan yang cukup kuat adalah bekal Blibli untuk tetap pede bersaing.
"Kami berhasil mengambil kepercayaan konsumen, karena jarang ada masalah (ketika transaksi). Kalaupun ada masalah, kami selalu bantu. Selain itu kami juga terus meningkatkan layanan kami," ujar Kusumo, di Gudang Blibli Cawang, Jakarta.
Sedangkan CEO BukaLapak Achmad Zaky mengatakan, alangkah baiknya kalau kehadiran Amazon tak perlu direspons terlalu berlebihan. Zaky memilih menanggapi santai kedatangan Amazon ataupun pemain lain dari luar negeri.
"Kita malah senang karena ketika ada kompetisi dari luar, kita istilahnya masuk ke kelas unggulan. Kelasnya makin bagus. Sama kalau ada pemain bola tarkam ke liga nasional, atau dibawa ke Barcelona. Tentu mentalnya beda. Paradigma ini yang perlu dibangun. Kalau Amazon atau siapapun masuk, ya kita normal saja, biasa saja," sebut Zaky.
(fyk/ash)