Itulah gaya Raditya Dika saat memotivasi 1.400-an peserta Ngopi bareng detikINET dengan tema 'Digital Kreatif' di Banyuwangi yang sebagian besar diisi kalangan pelajar.
Penulis, produser sekaligus aktor ini menilai, tak ada yang salah mengidolakan penulis ataupun pembuat film, tetapi akan lebih baik lagi jika dari hasil karya orang lain itu juga bisa melecut mereka untuk membuat kreasi.
"Dari pembaca menjadi penulis, dari penonton jadi pembuat film. Pakai iPhone doang juga bisa kok! Bisa tentang cerita tentang temen loe yang kecebur got, Gak ada yang gak mungkin, tinggal bikin dan posting," kata Radit.
Takut jelek jadi alasan banyak orang untuk membuat kreativitas. Padahal dari situ sejatinya kita bisa belajar dari kesalahan sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan materi yang oke.
"Bebaskan diri loe dari membuat karya jelek, karena loe jadi belajar untuk membuat karya bagus. Kalau loe baru gitu doang takut ya gimana, gimana masalah nanti diketawain, ya urusan nanti," kata Radit, memotivasi.
Lalu bagaimana kalo hasil karya kita dipandang jelek atau diketawain orang lain? "Gini, misalnya loe coba-coba desain rumah terus di-upload, terus dikomentari 'jelek banget nih'. Motivasinya, kalau ada orang yang bilang karya loe jelek yang harus loe lakuin adalah coba bikin yang bagus agar dia menyesal," Radit menegaskan.
Masalah klise lain yang juga jadi batu sandungan dalam menyelesaikan karya adalah soal mood, Padahal menurut penulis buku 'Koala Kumal' ini, mood itu secara tidak langsung diciptakan oleh mereka yang takut menyelesaikan karyanya.
"Sering kali gue denger, kita jadi penulis sering menyalahkan mood, semuanya salah mood, padahal yang salah elo, karena belum bikin plot, alur, dan lainnya. Jadi menulis karena kita gak tahu ceritanya mau ke mana," tambah Radit.
"Mengatasinya ya harus bikin alur, sebelum menulis harus sudah punya bayangan di depan ada kejadian apa, tengah ada apa, di belakang ada apa. Jadi, jangan pernah takut menyelesaikan apapun," tandasnya.
(ash/ash)