Solusi dari SpaceDC untuk Pelanggan yang Terdampak COVID-19

Solusi dari SpaceDC untuk Pelanggan yang Terdampak COVID-19

Advertorial - detikInet
Senin, 15 Jun 2020 00:00 WIB
adv
Jakarta - Pandemi COVID-19 menyerang Indonesia sejak awal Maret lalu, hingga sekarang pun kasus positif masih terus bertambah. Bukan hanya sektor kesehatan, semua sektor juga terkena imbas dari pandemi ini. Salah satu yang terkena dampaknya adalah sektor data center yang menyimpan beragam data perusahaan yang penting.

Sebuah jurnal dari Uptime Institute menyebutkan bahwa data center adalah salah satu industri yang mungkin lebih rentan dan terganggu akibat pandemi semacam ini, dibandingkan dengan industri lainnya. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Ini dikarenakan pembatasan akses fasilitas meskipun akses karyawan dan pengunjung ke data center dan pihak ketiga selalu dikontrol dengan ketat. Hal ini untuk menjaga kesehatan masyarakat umum dengan kebutuhan kunjungan.

Sementara itu perusahaan mungkin berada di bawah tekanan untuk mengecilkan gaji dan mendorong atau mengharuskan karyawan untuk bekerja dari rumah. Sifat kritis dari operasional data center ditambah dengan tingkat staf yang sudah rendah menunjukkan beberapa fasilitas akan secara permanen mengurangi jumlah karyawan.

Ada juga keterlambatan proyek karena kendala ekonomi, sehingga membuat banyak anggaran belanja modal fasilitas data dipotong seperti penyegaran hardware atau lokasi yang baru.

Namun, karena akses yang dibatasi, perusahaan memperluas penggunaan layanan yang dikelola oleh pihak ketiga ini akan menghadapi beberapa tekanan. Tetapi, yang menarik adalah dari beberapa penyedia colocation mungkin melihat situasi saat ini sebagai peluang yang membuat pelanggan untuk melakukan perpanjangan lebih lama.

Berbagai cara pun dilakukan seperti menambah sirkuit dari telekomunikasi dan penyedia colocation untuk meningkatkan pemanfaatan jaringan dan mendukung alat-alat tempat kerja yang jauh, termasuk konferensi video dan jaringan pribadi virtual (VPN).

Inilah yang menyebabkan permintaan meledak untuk beberapa aplikasi telekonferensi dan bekerja bersama, seperti dengan Zoom, Slack, dan Microsoft Teams, serta alat pembelajaran jarak jauh untuk sekolah yang telah menutup kampus.

Namun, COVID-19 tidak diantisipasi dalam jangka pendek untuk menciptakan lonjakan permintaan besar untuk komputasi perusahaan arus utama yang tidak dapat ditangani secara efektif dengan peningkatan sederhana dalam kapasitas data center.

Untuk itu, ada suatu model yang bisa dilakukan untuk membantu hal tersebut, yaitu adopsi colocation yang telah menjadi model lebih menarik dengan fleksibilitas dalam kontrak (seperti hak ekspansi), pengalihan belanja ke lokasi lain atau layanan terkelola, dan penyediaan sirkuit penghubung langsung dari cloud.

Saat ini pun banyak perusahaan yang langsung bermigrasi ke cloud sebagai alternatif untuk penyebaran di tempat dan colocation tujuannya agar dapat mengurangi pengeluaran di muka untuk perangkat keras meskipun akan mengeluarkan biaya operasional dengan run-rate yang lebih tinggi dalam waktu jangka panjang 6- 36 bulan.

CEO dari SpaceDC, Darren Hawkins menyampaikan sangatlah penting bagi sebuah data center untuk memiliki aksesbilitas, kesiapan dan responsif pada para pelanggannya di kondisi seperti ini. "Misalnya, kami mengobservasi banyak skenario di mana sebuah perangkat di data center dapat turun atau tidak dapat dikirim. Untuk kasus-kasus seperti ini, kami membangun berbagai skenario di seputarannya untuk memastikan kami menghindari dan bersikap berjaga-jaga dalam situasi kritis seperti ini," jelas Darren.

Data center secara sengaja dibangun untuk memastikan adanya ketahanan dan keandalan internet menuju ke fasilitas. Tim desain SpaceDC mempertimbangkan semua potensi masalah yang dapat mempengaruhi pelanggan untuk dapat terhubung ke internet dari gedung.

Penyedia data center sangat mengutamakan desain saat membangun jaringan TI di sekitar fasilitas mereka untuk menghilangkan risiko. "Sebagai contoh, secara umum kami memiliki 4 jalur koneksi internet yang terpisah di dalam fasilitas kami. Hal ini berarti bahwa 4 koneksi harus rusak sebelum data center yang kami miliki tidak dapat terhubung ke dunia luar," tambah Darren.

Ketika SpaceDC dan penyedia data center lainnya merancang fasilitasnya, mereka mendesainnya dengan built-in redundancy karena itulah yang menjadi pertimbangan klien saat memilih data center. Dalam istilah yang sangat sederhana, peran SpaceDC adalah untuk tetap menyediakan daya listrik yang cukup untuk server klien, menjaga ruangan agar tetap dingin sehingga server mereka tidak terlalu panas dan memastikan server mereka terhubung ke internet setiap saat.

Tim operasional dan pemeliharaan di SpaceDC berada di lokasi 24/7 untuk memonitor fasilitas secara langsung. "Ada sistem pemantauan yang kompleks dengan standard yang telah ditentukan sebelumnya untuk memperingatkan tim di lokasi jika terlihat adanya perbedaan dari definisi standard normal operasional," tambah Darren.

Selain itu, data yang dikeluarkan oleh IDC menunjukkan bahwa karena pandemi COVID-19 saat ini, menyebabkan adanya penurunan pengeluaran biaya belanja TI sebesar 2.7% di tahun 2020 ini. Darren setuju bahwa ada penurunan pengeluaran TI secara keseluruhan. Namun, ia menganggap bahwa pandemi akan membuat perusahaan cenderung untuk mengadopsi transformasi digital. Pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk layanan cloud akan lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan bila harus berjalan di server yang mahal dan memiliki perangkat lunak fisik di lokasi.

"Data center merupakan bagian yang paling fundamental bagi penyedia cloud, bisnis e-Commerce dan payment gateway bagi yang akan melayani pelanggan mereka. Permintaan dari Grab, RedMart dan Netflix adalah contoh-contoh banyaknya ruang data center yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan konsumen mereka," kata Darren. "Untuk SpaceDC, pengeluaran TI akan berkurang tetapi alokasi untuk bagian-bagian yang menggunakan data center akan meningkat," tambahnya.

Dalam menangani jumlah data dari data center, SpaceDC sangat tergantung pada infrastruktur jaringan yang menuju ke fasilitas. Data center harus memiliki konektivitas yang baik dengan berbagai macam penyedia telekomunikasi. Untuk tetap dapat memberikan informasi kepada dunia tanpa putus, bebagai macam sumber konektivitas diperlukan untuk membangun data center yang tangguh.

Selain itu, menurut Darren Hawkins, sangat penting bagi sebuah data center untuk gesit. SpaceDC tetap buka, dan kami melakukan semua protokol pengujian dan jarak sosial yang diperlukan. "Oleh karena itu, kami dapat melanjutkan revitalisasi fasilitas kami, tepat waktu dan sesuai anggaran tanpa membahayakan kesehatan pekerja kami. Ini akan menjadi penting karena pekerja kami masih bisa datang ke lokasi dan tetap merasa aman dengan situasi lingkungan yang ada," kata Darren.

Berkenaan dengan pengelolaan fasilitas, SpaceDC memiliki tim yang ditempatkan di lokasi secara bergilir 24/7, di mana mereka bertanggung jawab atas keamanan, operasional, pemeliharaan, mekanikal dan listrik teknis yang sangat tergantung pada sistem.

"Sistem, proses, dan alat pemantauan disusun dengan cara yang dapat diakses dari jarak jauh di mana saja oleh staf kami," dengan demikian mengurangi adanya staf dalam jumlah besar yang bekerja di tempat, "Kami telah memberlakukan semua prosedur dan sistem kami yang diperlukan dalam sistem pengarsipan, untuk itu kami tidak harus berada di sana secara fisik untuk menemukannya. Pekerjaan dapat diselesaikan kapan saja dan di mana saja asalkan ada koneksi internet. Staf tidak diharuskan duduk secara fisik di meja mereka," lanjut Darren.

Semua ini dilakukan terutama untuk memastikan SpaceDC tidak hanya selalu siap untuk situasi pandemi seperti ini tetapi juga memiliki fleksibilitas untuk menyelesaikan tugas mereka, terlepas dari lokasi. Jika ada masalah di tempat, tidak ada yang harus masuk kantor. Mereka dapat segera login online, bereaksi, dan merespons sesuai dengan masalah yang dihadapi.

Tim di SpaceDC berpengalaman dalam pemulihan bencana dan menerapkan langkah-langkah pencegahannya. "Kami mensimulasikan manajemen krisis, membangun pembelajaran tentang praktek terbaik dan apa yang bisa dilakukan dengan lebih baik," kata Darren. (adv/adv)