"Stroke yang kedua menyerang batang otak. Namun saya memang seorang pemberontak," ujar Tocik. Ia tak membiarkan kaki dan tangan kirinya yang lumpuh menghentikan karirnya. Meski ia terpaksa beralih menjadi seorang fotografer studio agar tetap bisa memotret.
Karena dedikasinya terhadap fotografi ini, banyak orang yang memanggilnya 'legenda satu tangan', demikian dikutip detikINET dari Petapixel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar komposisi fotonya tetap enak dilihat, ia meminta konsumennya -- yang menjadi obyek foto -- untuk duduk juga agar mempunyai eye level yang sama dengannya. "Saya terus belajar untuk mengatur pose (orang) saat duduk," tambah wanita yang sudah menjadi fotografer profesional sejak 2008 ini.
Selain itu, karena tangan kirinya pun lumpuh, Tocik hanya bisa memotret menggunakan lensa fix. "Saya hanya bisa memotret pake lensa fix. Saya tak bisa lagi menggunakan lensa 24-105mm, karena tak bisa men-zoom memakai tangan kiriku," tambah Tocik.
Begitu pula dengan urusan post process, alias pengolahan foto di PC pascapemotretan di PC. Pasalnya, saat mengolah foto di PC terkadang perlu menekan tombol di keyboard bersamaan dengan penggunaan mouse.
"Mengolah foto menggunakan satu tangan adalah mimpi buruk, namun saya menemukan trik untuk menaruh mouse pada sebuah posisi tertentu dan sehingga bisa menekan keyboard bersamaan dengan mouse, jika itu masuk akal. Jika nantinya akan ada sebuah tombol satu klik akan sangat hebat, namun untuk saat ini saya tetap mencoba sampai bisa berhasil," tutupnya.
(asj/yud)