Banyak film dan serial yang bisa ditonton konsumen Indonesia di Netflix. Hanya saja, konten-konten tersebut belum melalui proses filtering yang dilakukan oleh Lembaga Sensor Film (LSF).
Menurut Ismail Cawidu, Kepala Humas dan Pusat Informasi Kementerian Kominfo, syarat untuk bisa mendistribusikan konten film di Indonesia itu harus melewati sensor. Dimana tugas ini dilakukan oleh Lembaga Sensor Film yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Namun yang disayangkan adalah, LSF belum siap dengan serbuan layanan video streaming berbayar seperti Netflix ini yang sudah mengekspansi Indonesia dan 190 negara lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Harusnya memang melalui sensor LSF (film-film yang beredar di Netflix-red.). Tapi perangkat kita belum memadai, jadi kita masih belum memasuki wilayah (film digital) tersebut,” ungkap Dody saat berbincang dengan detikINET, Kamis (7/1/2015).
Dengan perkembangan teknologi dan tren film digital yang kian booming saat ini, Dody mengakui jika LSF harus cepat-cepat duduk bareng dengan Kementerian Kominfo untuk membahas persoalan ini. Sehingga regulasi di Indonesia tak terus-terusan tertinggal dari teknologi yang berkembang.
“Sampai saat ini belum ada sama sekali obrolan dengan Kominfo untuk membahas (soal sensor film di layanan video streaming berbayar seperti Netflix-red.),” Dody menambahkan.
"Tapi memang harus ada, mudah-mudahan di tahun 2016 ini sudah bisa rampung pembahasannya, karena semua film yang beredar di Indonesia harus melewati sensor LSF,” pungkasnya.
Hadirnya Netflix di Indonesia sendiri menjadi bagian dari ekspansi bisnis perusahaan yang berbasis di Los Gatos, California, Amerika Serikat itu. Selain Indonesia, ada 130 negara lain yang disambangi layanan ini. Kini total 190 negara ytang telah disambangi oleh Netflix.
"Hari ini Anda sedang menyaksikan kelahiran jaringan TV internet global baru. Dengan peluncuran ini, konsumen di seluruh dunia, dari Singapura ke St Petersburg, dari San Francisco ke Sao Paulo - akan dapat menikmati acara TV dan film secara bersamaan tanpa menunggu lama," kata pendiri dan CEO Netflix Reed Hastings.
Dikatakan Hasting, dengan hadirnya Netflix di banyak negara, pihaknya kini menambah dukungan beberapa bahasa. Total saat ini ada 17 bahasa, di antaranya Inggris, Arab, Korea, China dan lain-lain. Ke depannya, Netflix berjanji akan makin menambah lebih banyak lagi.
"Mulai hari ini dan seterusnya, kami akan mendengarkan dan belajar, secara bertahap menambahkan lebih banyak bahasa, lebih banyak konten dan lebih banyak cara bagi orang untuk terlibat dengan Netflix," ujar Hastings.
Di negara asalnya, biaya berlangganan per bulan Netflix mulai dari USD 7,99 untuk paket basic, USD 9,99 untuk paket standar dan USD 11,99 untuk paket premium.
Sementara di Indonesia, layanan ini memberlakukan tarif sama. Untuk paket basic Rp 109 ribu, paket standard Rp 139 ribu, paket premium Rp 169 ribu. Namun untuk bulan pertama, Netflix memberikan akses gratis selama sebulan setelah pengguna melakukan registrasi.
Setelah berlangganan, pengguna dapat menyaksikkan Netflix di berbagai perangkat, mulai dari smartphone, tablet, desktop, smart TV hingga konsol game. Selain film layar lebar, ada banyak judul serial yang dapat dinikmati.
(ash/fyk)