Jim Yang: Lahir di Surabaya, 'Umbar Duit' di Silicon Valley
Hide Ads

Jim Yang: Lahir di Surabaya, 'Umbar Duit' di Silicon Valley

Ardhi Suryadhi - detikInet
Senin, 12 Okt 2015 14:14 WIB
Jim Yang (kanan) & Gyung Kang (tengah)
Jakarta - Sebagai orang kelahiran Surabaya, Jim Yang sudah melewati naik turunnya hidup sebagai entrepreneur di Indonesia. Sampai akhirnya, krisis ekonomi tahun 1998 memaksa Jim untuk mengungsi ke Amerika Serikat.

Semenjak di bangku kuliah, Jim sudah membuat mesin pencari dan sebuah email server bernama Bimasakti dan Bimamail. Ia juga sempat menjalin usaha patungan e-commerce bersama konglomerat lokal Salim Group.

Jim kemudian coba mengadu nasib ke Amerika Serikat lantaran krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998. Di Negeri Paman Sam, ia mendirikan firma konsultasi software kelas atas di sana. Perusahaannya beroperasi dengan baik selama tujuh tahun, hingga lagi-lagi Jim dihantam krisis ekonomi yang kala itu melanda Amerika Serikat pada tahun 2004.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia sudah mengambil ancang-ancang dan mendirikan solusi manajemen identitas bernama Identyx, yang kemudian dijual ke perusahaan penyedia open source software yang terdaftar di bursa saham bernama Red Hat tahun 2008.

Semenjak itu, Jim menjadi seorang angel investor dan advisor untuk sejumlah startup. Salah satu investasinya yang paling terkenal ialah di Refinery29, sebuah media fashion yang sekarang memiliki valuasi sekitar Rp 4,1 triliun.

Angel investor sendiri merupakan pihak yang berposisi sebagai penyandang dana. Mereka biasanya melirik perusahaan-perusahaan yang baru menetas nan menjanjikan untuk diguyur dana segar (investasi) agar lebih cepat berkembang.

Jim juga memegang posisi sebagai advisor di Founder Dating, sebuah jejaring sosial untuk entrepreneur. Di sana ia bertemu dengan Gyung Kang, salah satu anggota yang populer di dalam website. Saat itu Gyung Kang juga sedang mencari ide besar selanjutnya di Silicon Valley.

Keduanya bertemu dan menemukan kesamaan visi untuk menciptakan teknologi besar selanjutnya untuk menghubungkan manusia. Saat ini, Jim dan Gyung Kang sedang menghubungkan hati yang kesepian dengan aplikasi pencari jodoh bernama Gather.

Gather punya banyak fitur menarik buat si jomblo. Salah satunya menyediakan analisa berdasarkan lokasi. Menggunakan fitur ini, pengguna dapat mencari pasangan berdasarkan rutinitas perjalanan mereka di Jakarta. Sebagai contoh, apabila dua pengguna Gather bertemu saat menaiki busway, keduanya bisa saling terhubung di Gather. Fitur ini bisa dibilang unik karena aplikasinya juga memberitahu kedua pengguna di mana dan kapan mereka berpapasan di dunia nyata.

“Ada banyak sekali yang bisa disimpulkan dari lokasi,” jelas Jim Yang, Co-Founder dan CEO Gather. “Sebagai contoh, apabila Anda bertemu dengan seseorang di sebuah konser atau festival, Anda sudah bisa membuat perkiraan tentang kepribadian orang itu,” lanjutnya dalam keterangan tertulis yang diterima detikINET, Senin (12/10/2015).

Kedua fitur itu akan dapat membantu kaum jomblo di ibukota jejaring sosial mencari cinta. Masyarakat di Jakarta sekarang dapat menemukan teman kencan dengan kualitas lebih tinggi karena dipilih tidak hanya berdasarkan foto, tapi juga berdasarkan informasi penting lainnya.

(ash/fyk)