Lain waktu, ia memicingkan mata ke aktifitas warga kota yang sangat sangat ramah dan tidak terganggu dengan kehadiran orang asing menenteng kamera.
"Akhirnya kesampaian. Saya memang sudah lama cita-cita ingin ke Kuba karena menurut saya Kuba negara yang sangat unik dan menarik," kata Benny Asrul, fotografer penggila kamera film saat berbincang dengan detikINET.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kesan pertama yang saya lihat, saya berada di era 50, 60an. Seperti masuk dalam mesin waktu. Gedung masih tua, mobil-mobil masih tua semua. Internet hampir tidak ada. Kalaupun ada, susah. Sangat colorfull, sangat orisinil," imbuh fotografer yang berkali-kali meraih penghargaan internasional seperti dari International Photography Awards (IPA) dan Prix de la Photographie Paris (PX3.)
Kendati begitu, WNI yang sehari-hari bekerja di Singapura ini tidak terbuai. Ia tetap disiplin memotret. Tidak asal membidik namun dipikirkan secara matang ide ceritanya.
Lensanya juga tidak gonta-ganti hanya menggunakan satu lensa yakni Summicron 35mm. Sehingga kalau ada yang menarik di kejauhan ia lebih memilih mendekat. Khusus di Kuba, ia mengandalkan film Fujichrome Velvia 50 sebagai media perekamnya.
"Sehari saya hanya menghabiskan satu roll film isi 36. Saya survei dulu sejak sebelum berangkat, membuat iitenerary. Saya jalan kaki dulu melihat-lihat sekitar tempat tinggal sambil saya pelajari karakteristiknya. Setelah itu sudah terbayang hari ini mau kemana, besok kemana," ucapnya memberi tips bermain hemat menggunakan roll film.
Kemudian, foto-foto tersebut ia pilih berdasarkan kesamaan subjek foto misalkan human interest atau cityscape. Dari 10 hingga 12 roll film yang ia habiskan, ia sortir hingga memperoleh 14 foto terbaik. Foto-foto itulah yang ia pamerkan sejak 4 Februari lalu hingga pertengahan Maret mendatang di Galeri Leica Store, Plasa Senayan Jakarta.
"Kalau yang dipamerkan di sini masuk kelompok cityscape yang menonjolkan orang dengan lingkungannya, toko, ruko. Ingin menceritakan seperti apa di Kuba. Negara yang tertutup, di embargo Amerika," ucap Benny yang mencetak foto pamerannya dengan teknik yang sudah langka dan hampir punah, Cibachrome.
Alhasil, karakteristik Kuba yang masih orisinil mampu terekam apik. Mobil-mobil kuno, warna pastel di gedung tua dan tata kota yang sangat retro sangat cocok disentuh dengan genre slide film. Gradasi ataupun kontras warna membuat drama yang mampu ia ceritakan dengan lugas, detil dan tidak membosankan.
"Saya sempat dikatain manusia di zaman batu karena tetap bermain film. Tapi nggak apa, tertawa saja. Karena memang dapat hati-nya di film," tandas Benny yang sudah mengenal dan jatuh cinta dengan kamera film sejak zaman kuliah.
Jadi, kalau Anda mempunyai kamera super mahal dan bergaya retro sekalipun seperti Leica M Edition60, jangan pernah disodorkan ke Benny. Ia tetap akan menggeleng dan memilih kamera film meski LeicaM60 tersebut seharga mobil baru Honda Jazz.
(Ari/rou)