Menurut BSA Global Software, pengguna komputer menilai risiko ancaman keamanan dari malware adalah alasan utama untuk tidak menggunakan software ilegal yang tidak berlisensi.
"Kebanyakan orang tidak tahu apa yang dipasang ke dalam sistem komputer mereka. Itulah yang harus diubah," kata Presiden dan CEO BSA, Victoria Espinel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Survey BSA Global Software dilakukan setiap dua tahun untuk BSA oleh lembaga riset pasar International Data Corporation (IDC), yang tahun ini mewawancarai pengguna komputer di 34 pasar termasuk hampir 22.000 konsumen dan perusahaan pengguna komputer pribadi (PC) serta lebih dari 2.000 manajer Teknologi Informasi. Berikut adalah sebagian temuan survei tersebut :
-. Persentase software PC yang dipasang tanpa lisensi di Indonesia mencapai 84% pada 2013, menurun dua persen dibandingkan temuan tahun 2011. Kerugian bisnis bagi produsen software asli akibat penggunaan software tidak berlisensi itu bernilai Rp 17,3 triliun (USD 1,46 miliar).
-. Alasan utama yang diungkapkan para pengguna komputer di seluruh dunia untuk tidak menggunakan perangkat lunak yang tidak berlisensi adalah menghindari ancaman keamanan dari malware. Di antara risiko-risiko yang terkait dengan software tidak berlisensi, 64% pengguna komputer di dunia paling mencemaskan terbukanya akses masuk secara gelap bagi para hacker serta 59% lainnya mencemaskan risiko kehilangan data.
-. Para manajer TI di seluruh dunia mengungkapkan kecemasan yang dapat dimengerti bahwa software tidak berlisensi dapat menyebabkan kerusakan. Namun tidak sampai separuh dari mereka yang mengaku sangat yakin bahwa software yang digunakan di perusahaan mereka memang asli dan berlisensi dengan benar.
-. Hanya 35% perusahaan yang disurvei telah memiliki peraturan tertulis, yang mewajibkan penggunaan software asli dan berlisensi dengan benar.
"Penggunaan software tidak berlisensi adalah masalah pengelolaan organisasi โ dan kajian BSA ini menunjukkan bahwa perbaikan sangat diperlukan," kata Espinel.
"Ada beberapa langkah dasar yang bisa dilakukan setiap perusahaan untuk memastikan kepatuhan menggunakan software yang legal, seperti menetapkan kebijakan resmi tentang penggunaan software berlisensi dan menjaga catatan penggunaannya,โ tambahnya.
Espinel menyarankan agar perusahaan-perusahaan mempertimbangkan program pengelolaan aset software (Software Asset Management /SAM) yang lebih kokoh, dengan mengikuti pedoman-pedoman yang diakui secara internasional.
โProgram pengelolaan aset software ini dapat memberikan manfaat yang besar, dengan memastikan adanya kontrol yang memadai untuk mengawasi secara penuh terhadap apa yang dipasang ke dalam suatu jaringan sistem komputer. Fasilitas ini dapat membantu berbagai organisasi untuk menghindari risiko keamanan dan operasional, sekaligus memastikan mereka memiliki jumlah lisensi yang sesuai dengan jumlah penggunanya,โ jelas Espinel.
(ash/rns)











































