Telkom Upgrade Jaringan di Kawasan Segitiga Emas
Hide Ads

Telkom Upgrade Jaringan di Kawasan Segitiga Emas

- detikInet
Kamis, 03 Mei 2012 06:45 WIB
ilustrasi (ist)
Jakarta - Telkom baru saja melakukan satu langkah yang monumental. BUMN telekomunikasi ini telah resmi menonaktifkan (phase out) jaringan akses berbasis kabel tembaga yang selama ini melayani kebutuhan telekomunikasi pelanggan di kawasan segitiga emas Jakarta: Sudirman, Thamrin, dan Kuningan.

Phase out kabel tembaga itu menandai diimplementasikannya Next Generation Network (NGN) secara end-to-end mulai dari internet protocol (IP) core hingga jaringan akses secara masif yang ditandai dengan dimatikannya sentral telepon digital Indonesia dan diganti dengan softswitch dan digantikannya jaringan kabel tembaga dengan jaringan kabel fiber optik.

Pembangunan serat optik dilakukan secara nasional dari ujung barat sampai ujung timur kepulauan Indonesia dengan total panjang 23.713 km mencakup 345 kabupaten atau sekitar 69% secara nasional dengan target 100% pada 2016.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Total kapasitas bandwidth di optical backbone mencapai 1,78 tera bit per second (Tbps) dengan didukung jaringan metro ethernet untuk aggregasi regional sebanyak 1006 node metro seluruh Indonesia.

"Phase out yang dilakukan sejak Senin kemarin menandakan transformasi bisnis dari perusahaan berbasis Infokom menjadi Telecommunication Information Media, and Edutainnment (TIME) serius dilakukan dan tidak pernah berhenti," ungkap Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah, dalam keterangan tertulis, Kamis (3/5/2012).

Aksi modernisasi jaringan kabel tembaga sejatinya sudah dilakukan Telkom sejak 2011 lalu dan baru dilanjutkan lagi tahun ini hingga selesai pada 2015 nanti.

Pada 2011, jaringan akses sebanyak 360.000 satuan sambungan layanan di 8 Sentral Telepon Otomat (STO) di dua kota besar di Indonesia yaitu Jakarta dan Surabaya telah dilakukan dengan nilai investasi sekitar Rp 1 triliun. STO yang dimodernisasi di Cengkareng, Gandaria, Kebayoran Baru, Semanggi, Slipi, Rawamangun dan Kelapa Gading. Sedangkan untuk wilayah Surabaya meliputi di Injoko dan Manyar.

Sementara di 2012 ini, Telkom akan melakukan program modernisasi jaringan akses dengan target 2,4 juta satuan sambungan layanan di 66 Sentral STO dengan alokasi dana Rp 4 triliun. Areanya meliputi Jakarta, Bandung, Cirebon, Pekalongan, Purwokerto, Semarang, Solo, Surabaya, Yogyakarta, Bandarlampung, Medan, Padang, Palembang dan Pekanbaru.

Hingga 2015 program modernisasi jaringan akses ditargetkan sebanyak 13 juta satuan sambungan dengan kemampuan true broadband. Total investasi secara keseluruhan sekitar USD 2 miliar.

Tingkatkan Kualitas

Rinaldi menjelaskan, dengan adanya modernisasi jaringan menjadikan kualitas layanan dari telepon tetap meningkat, diversifikasi produk yang diberikan ke masyarakat semakin beragam, dan layanan seluler bisa ditopang oleh backbone yang kuat.

"Moderinisasi ini akan menjadikan Telkom menuju jaringan information & communication technology (ICT) nasional berbasis IP dan optical network yang menjadi tulang punggung terbentuknya next generation nationwide broadband network (NG-NBN)," katanya.

Seperti diketahui, jika menggunakan kabel tembaga kecepatan akses yang didapat hanya mampu menyalurkan maksimal hingga 4Mbps. Sementara serat optik mampu menyalurkan bandwith hingga 100Mbps dengan teknologi berbasis multi service access node (MSAN) & gigabit passive optical network (GPON).

Untuk mendukung peningkatan bandwidth yang dimiliki, Telkom pun menyiapkan kapasitas bandwidth gateway Internet 123 Gbps dengan didukung infrastruktur content delivery network (CDN) Google, Youtube, Akamai sebesar 82 Gbps di Jakarta, Batam dan Surabaya serta peering domestik sebesar 32 Gbps.

"Telkom percaya konten di masa depan yang banyak diminati adalah video. Peningkatan kapasitas ini menjadikan semua konten di masa depan bisa dilayani dan konvergensi antara layanan seluler dan Fixed bisa terjadi," tandasnya.

Elemen Transformasi

Head Of Corporate Communication and Affair Telkom Eddy Kurnia menambahkan, transformasi yang dilakukan Telkom untuk menjalani bisnis TIME telah dilakukan sejak 23 Oktober 2009 dimana empat elemen secara bersamaan dilakukan perubahan.

Empat elemen yang dimaksud adalah transformasi infrastruktur dan sistem operasi, transformasi Sumber Daya Manusia (SDM) dan organisasi, transformasi portofolio bisnis, dan terakhir transformasi budaya perusahaan.

Transformasi infrastruktur dan sistem operasi dengan mengganti jaringan berbasis IP Protocol. Sementara bentuk organisasi direstrukturisasi dari tadinya berbasis kepada infrastruktur menjadi berorientasi kepada pelanggan atau pelayanan. Transformasi portofolio bisnis dari infokom menjadi TIME, dan terakhir budaya kerja di perusahaan.

"Semua transformasi ini dibingkai dalam budaya kerja baru yakni komitmen, spirit, promise, produk, service quality, serta service culture. Dimana positioning korporasi baru yang diusung yaitu life confident dengan lima nilai baru yaitu Expertise, Empowering, Assured, Progressive & Heart," ungkapnya.

Sedangkan nilai korporasi yang dianut adalah 5C sebagai nilai-nilai utama yang dianut insan Telkom. 5C tersebut adalah commitment to the long term, customer first, caring meritrocracy, co-creation of win partnership, dan collaboration.

"Ini merupakan manifestasi dari kepercayaan dasar yang harus dianut semua insan Telkom," jelasnya.

Dikatakannya, transformasi yang dilakukan masih membutuhkan waktu panjang untuk mencapai target yang ditetapkan kala perubahan dilakukan pada tiga tahun lalu yakni menumbuhkan bisnis new wave di satu sisi, sambil tetap mengoptimalkan atau mempertahankan bisnis tradisional berbasis legacy yang masih mangalirkan arus kas positif di sisi lain.

"Namun, untuk perusahaan sebesar Telkom hasil dari transformasi sudah mulai terasa di kinerja kuartal I/2012. Pada periode itu, Telkom berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 3,32 triliun atau tumbuh 17,5% dibanding periode sama tahun lalu Rp 2,828 triliun," katanya.

Secara terpisah pengamat BUMN Said Didu mengatakan sesungguhnya kinerja keuangan Telkom dari waktu ke waktu terus menunjukkan perbaikan.

"Performa perusahaan sejak tiga tahun terakhir secara keseluruhan tidak buruk, namun karena perusahaan harus mengemban tugas membangun infrastruktur telekomunikasi nasional sehingga dibutuhkan dana cukup besar untuk investasi," kata Said.

Intinya, lanjut dia, akibat investasi yang dilakukan tersebut dipastikan akan terjadi percepatan depresiasi dari perangkat-perangkat lama sehingga menekan kinerja dari bottom line perusahaan.

Namun, tambahnya, kemampuan perusahaan melakukan efiesiensi cukup berhasil sejalan dengan penerapan program cost optimization dan quality assurance initiatives, antara lain sentralisasi outsourcing, pensiun dini sukarela, optimalisasi properti/aset, optimalisasi collection fee, pengelolaan travel management system.

"Kemampuan mengelola biaya dan membuat organisasi menjadi lebih ramping, menjadikan BUMN ini memiliki sustainability di masa depan," katanya
(rou/rou)

Berita Terkait