4 Alasan Selalu Mencoba 'Fotografi Jalanan'
Hide Ads

Tips Fotografi

4 Alasan Selalu Mencoba 'Fotografi Jalanan'

Ari Saputra - detikInet
Selasa, 24 Nov 2015 12:15 WIB
Lansia menikmati salah satu taman kota di Osaka. (Ari Saputra/detikINET)
Jakarta - Berburu foto di jalanan bukan sekadar human interest, kemiskinan atau orang lalu-lalang di pedestrian. Jauh lebih menarik adalah street photography yang mampu merekam perubahan zaman dan dinamika ruang publik yang selalu berubah.

Beberapa fotografer ngetop lahir dari kepiawaian bermain 'fotografi jalanan' ini seperti Henri Cartier Breson, Alex Webb hingga Erik Prasetya. "Street photography sejatinya merekam bagaimana ruang publik diperebutkan," kata Erik Prasetya, salah satu ikon street photography Indonesia dalam berbagai kesempatan.

Berikut beberapa alasan untuk selalu mencoba street photography yang dirangkum dari berbagai sumber.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama, bisa dilakukan di mana saja dengan kamera apa saja. Ya, street photography -- saat di kota sendiri atau sedang traveling ke luar kota -- bisa dilakukan dengan santai dan tak perlu konsep yang berat.

Dapat sedang menuju tempat kerja atau tengah berlibur. Bisa spontan maupun terstruktur -- dengan riset terlebih dahulu.

Selain itu, alat yang dipergunakan tidak perlu kamera mahal dan mewah. Cukup yang dipunyai meski hanya kamera smartphone. Yang terpenting, maksimalkan setiap fitur yang ada untuk memperoleh hasil maksimal.

Lalu jepret apa saja yang menarik dan pantas diabadikan. Toh, tidak ada guna mempunyai kamera mahal tetapi hanya menjadi pajangan di dry box, bukan?


Keterangan foto: Ruang publik diperlakukan maksimal untuk pejalan kaki maupun moda tranpsortasi (sepeda, trem, mobil dan subway) di Zurich, Swiss. (Foto: Ari Saputra/detikINET)


Kedua, gratis, minim properti, apa adanya. Dengan membandingkan pemotretan indoor maupun foto konseptual, street photography benar-benar murah meriah. Cukup modal dengkul dan kamera, tentu saja. Tidak perlu dipusingkan dengan peralatan lighting yang komplit maupun pernak-pernik fotografi yang rumit.

Tetapi dengan eksekusi yang matang yang baik, meski minim budget, mampu menghasilkan foto yang unpredictable. Terlebih jika sudah 'hafal medan' dan mengetahui titik-titik fotogenik sebuah jalanan, street photography menjadi aktivitas yang sangat menyenangkan.

Ketiga, street photography menawarkan sesuatu yang dinamis, tidak monoton dan selalu ada yang baru. Sebab, dinamika urban terus berkembang. Menyajikan hal-hal tidak lumrah, tren dan mode yang selalu bergonti-ganti, human interest yang menyentuh, hingga momen dan kebiasaan yang penuh kejutan.

Di satu spot atau area tertentu, fotografer bisa mengeksplorasi apa saja. Seperti arsitektur, street fashion, mural, patung kota, hingga peristiwa yang tidak terduga.

Yakinlah, selalu ada pesona fotografi di tempat yang sudan dikenal atau di tempat baru dan unik. Dari landscape kota yang menawarkan gagasan-gagasan besar hingga hal-hal mungil yang nyaris tak tersentuh namun bisa menginspirasi siapa saja. Sejak potret kemiskinan atau kemakmuran sampai bunga liar yang tumbuh di trotoar.


Keterangan foto: Gaya angkringan yang bersahaja di pedestrian jalan Mangkubumi Jogjakarta. (Foto: Ari Saputra/detikINET)


Keempat, melatih kepekaan lingkungan, empati sosial dan memahami aktivitas masyarakat. Street photography mengajak mata fotografer melihat dengan teliti apa yang terjadi di jalanan.

Dari yang termiskin hingga kaum mapan, dari bayi sampai lansia terlihat di jalanan sebagai bagian aktivitas sehari-hari. Semua terjadi begitu saja, alamiah dan tanpa rekayasa.

Kemudian, street photography akan mengetuk fotografer untuk merekamnya dengan jujur dan apa adanya. Dengan melibatkan rasa dan emosi. Sampai pada suatu titik, street photography bukan sekadar persoalan teknis (ISO-Diafragma-Speed) melainkan menyuarakan sesuatu yang lebih besar dengan kreatif, ringan namun penuh bobot dan gaya tersendiri.

(Ari/ash)