Kabel Bawah Laut Dicuri, Ini Alasan dan Dampaknya
Hide Ads

Kabel Bawah Laut Dicuri, Ini Alasan dan Dampaknya

Tim - detikInet
Selasa, 08 Jul 2025 08:00 WIB
Kabel Bawah Laut: Titik Lemah Dunia Digital
Foto: DW (News)
Jakarta -

Kerusakan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKK) tidak hanya terjadi dikarenakan oleh jangkar kapal, faktor alam seperti gempa bumi, tetapi juga adanya tindak kejahatan pencurian kabel bawah laut.

Mengapa Kabel Laut Dicuri?

Ada beberapa alasan mengapa kabel bawah laut menjadi incaran. Salah satunya adalah nilai ekonomis dari material penyusunnya. Kabel ini biasanya terbuat dari tembaga, baja, dan komponen logam lainnya yang kalau dijual kembali akan mendapatkan keuntungan finansial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain karena faktor ekonomi, lemahnya pengawasan di beberapa wilayah laut terbuka juga memudahkan terjadinya pencurian. Tak sedikit pula pelaku yang beroperasi secara terorganisir, menggunakan peralatan selam dan kapal kecil untuk melakukan aksi mereka.

Selain itu, pencurian atau bahkan perusakan kabel bawah laut juga dilakukan sebagai upaya sabotase karena mengetahui infrastruktur telekomunikasi mempunyai peran penting di era digital.

ADVERTISEMENT

Kabel laut bukan sekadar kabel biasa. Ia merupakan jalur utama penghubung data antarpulau, bahkan antarnegara. Biasanya SKKL tersebut digelar panjang membentang hingga sampai antarbenua kecepatan internet menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Maka tak heran kalau Kabel bawah laut yang menjadi tulang punggung konektivitas digital.

Di Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, peran kabel laut sangat vital dalam menghubungkan jaringan komunikasi dari satu wilayah ke wilayah lain.

Apa Dampaknya?

Dampak pencurian kabel laut sangat luas. Gangguan internet hingga putusnya koneksi di wilayah tertentu menjadi konsekuensi langsung. Hal ini tidak hanya merugikan masyarakat pengguna, tetapi juga berdampak pada sektor ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan.

Proses perbaikan kabel laut juga tidak mudah, justru rumit. Jika kerusakan ada dekat daratan, maka akan dilakukan dengan cepat. Namun bila kerusakan tersebut berada di kondisi tekanan ekstrem bawah air ditambah cuaca yang menantang, maka dibutuhkan waktu, biaya, dan teknologi khusus. Bahkan untuk satu titik perbaikan saja, operator bisa menghabiskan miliaran rupiah dan waktu berminggu-minggu saking susahnya perbaikan tersebut

Pencegahan

Mengingat pentingnya infrastruktur telekomunikasi tersebut, berbagai pihak dari berbagai sektor perlu mengembangkan strategi perlindungan yang terkoordinasi agar dapat bertindak cepat bila terjadi kerusakan pada SKKL.

Kerja sama tidak hanya dilakukan oleh operator kabel bawah laut saja, tapi melibatkan aparat penegak hukum sampai hubungan antarnegara dan juga organisasi internasional untuk mengatasi persoalan yang bisa saja terjadi di waktu yang tidak terduga.




(agt/agt)