President Director Smartfren Merza Fachys mengungkapkan penerapan layanan internet minimal 100 Mbps itu dinilai sangat sulit terwujud saat ini. Wacana peningkatan koneksi internet tersebut diusulkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi.
Tidak hanya dilakukan oleh operator seluler, Merza menuturkan diperlukannya kolaborasi berbagai pihak dari ujung ke ujung dalam meningkatkan kecepatan internet Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yuk, kita duduk bareng, siapa di depan, siapa yang menghubungkan, siapa yang bangun tower, siapa yang ini itu. Ujung-ujungnya balik lagi, kenapa sih susah? Pertanyaannya lalu yang kemudian membayar cost dari 23 Mbps menuju 100 Mbps, itu empat kali lipat," tutur Merza dalam acara CNBC Indonesia, Tech & Telco Summit 2024, Jakarta, Selasa (5/3/2024).
"Kalau kami pelaku usaha yang bayar ya konsumen. Tentu jadi pertanyaan, 'Pak jangan mahal-mahal'. Nah, titik temu ini yang harus kita cari. Kita sempat berhitung di ATSI untuk menciptakan 100 Mbps, apa saja infrastruktur yang harus dibangun, itu kira-kira dibutuhkan tidak kurang dari 20 kali investasi dari yang kita investasikan," sambung Merza.
Jika kondisi tersebut dipaksakan, Merza mengungkapkan nanti yang terkena dampaknya adalah para pelanggan yang harus merogoh kocek lebih dalam lagi dalam menikmati layanan internet.
"Kalau kita jualannya mahal, masyarakat lagi yang kena. Ini nggak boleh terjadi. Nah, siapa pegang kendali atas ini semua agar supaya 100 Mbps tercipta, kualitas bagus, harga terjangkau, dan ada di mana-mana. Itu nggak mudah," ucap Merza.
Diberitakan sebelumnya, Menkominfo Budi berencana untuk menerapkan layanan internet fixed broadband minimal 100 Mbps. Harapannya kebijakan tersebut diimplementasikan pada tahun 2024.
"Pokoknya, kita ingin meningkatkan penetrasi kecepatan internet dan pemerataan akses internet. Ini lagi digodok regulasinya," kata Budi, Jumat (2/2).
Kebijakan minimal kecepatan internet fixed broadband 100 Mbps ini sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan kecepatan internet Indonesia agar bisa bersaing, tak hanya di lingkup global, tapi juga kawasan Asia Tenggara.
Agar kecepatan internet Indonesia bisa ngebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan membuka lelang frekuensi 700 MHz dan 26 GHz. Begitu juga akan memberikan insentif kepada operator telekomunikasi. Hanya saja sampai sekarang, kedua 'angin segar' itu belum dihembuskan ke publik.
(agt/fay)