Kok 5G di Indonesia Gitu-gitu Aja? Kominfo Ungkap Biang Keroknya

Meski layanan 5G sudah diperkenalkan sejak pertengahan 2021 lalu, sampai saat ini teknologi jaringan seluler teranyar belum digunakan secara masif di Indonesia.

Terkait hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan salah satu biang keroknya.

Berbeda ketika peralihan jaringan 3G ke 4G, migrasi pengguna saat itu berlangsung cepat. Tetapi, 5G tiba, penggunaan 4G masih banyak digunakan sampai sekarang

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kementerian Kominfo, Ismail, salah satu penyebabnya ketidakadaan killer content yang bisa membuat pengguna beranjak dari layanan 4G ke 5G.

"Ketika 3G ke 4G ada aplikasi utama, yaitu bisa nonton video yang tidak bisa dilakukan 3G, itu yang jadi trigger luar biasa membuat investasi besar-besaran karena operator seluler yakin kalau masyarakat mau membali kuota data untuk nonton itu," tuturnya di acara Detikcom Leaders Forum 'Arah Industri Telekomunikasi Indonesia', Kamis (24/8/2023).

Lebih lanjut, kata Ismail, tidak banyak perubahan ketika peralihan dari layanan 4G ke 5G dibandingkan dengan 3G ke 4G.

"Kalau 4G ke 5G itu bertambah kecepatannya. 4G bisa nonton video, kalau 5G nanti nggak ada leg dan juga luxuries. Makanya, menunggu apa killer content yang cuma bisa dipakai di 5G, itu yang akan menarik investor membangun besar-besaran," ungkapnya.

Seiring dengan hal tersebut, Kementerian Kominfo berencana untuk melakukan lelang frekuensi 700 MHz yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan layanan telekomunikasi.

Saat ini, spektrum tersebut dipakai penyiaran dan akan menghasilkan digital dividen sebesar 112 MHz ketika Analog Switch Off (ASO) rampung.

"Nunggu benar-benar bersih ASO, tinggal di daerahnya. Tahun ini kami optimistis, untuk pelaksanaan lelangnya dilakukan setelah (ASO) itu," kata Ismail.

Acara detikcom Leaders Forum ini didukung oleh Telkom Indonesia, Telkomsel, Smartfren, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo Hutchison.