Seiring dengan tingginya kebutuhan masyarakat akan akses internet, XL Axiata terus meningkatkan kualitas jaringan 4G, salah satunya dengan mematikan jaringan 3G. Dari total pelanggan, sebanyak 90,9% di antaranya merupakan pelanggan 4G.
Pada periode semester pertama 2022, perusahaan mencatat kinerja oke dengan pendapatan meningkat 9% dari kuartal (QoQ) menjadi Rp 14,09 triliun dan juga secara tahun sebelumnya (YoY) menjadi Rp 7,34 triliun. Selain itu, EBITDA juga meningkat sebesar 12% dari kuartal ke kuartal (QoQ) Rp 3,56 triliun dan 4% secara tahun ke tahun (YoY) Rp 6,73 triliun.
Laba bersih mengalami peningkatan menjadi 476 miliar selama kuartal kedua atau Rp 615 miliar pada semester pertama. Hanya saja dibandingkan laba bersih semester pertama tahun ini turun 14,11% dari periode sebelum Rp 715,95 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain meningkatkan kualitas pelayanan dan pengalaman pelanggan, kami benar-benar fokus dalam meningkatkan kualitas jaringan. Di tengah iklim kompetisi yang tidak pernah mengendur, salah satu peluang penentu yang bisa kami manfaatkan adalah menyajikan jaringan yang benar-benar baik dan berkualitas," ujar Presiden Direktur dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (26/8/2022).
Trafik XL Axiata selama semester pertama 2022 meningkat sebesar 30% (YoY) menjadi 3.840 Petabyte di akhir Juni 2022. Sementara itu, jika dibandingkan kuartal sebelumnya, trafik meningkat pesat sebesar 7%.
Kenaikan trafik tersebut turut mendorong kenaikan pendapatan dari layanan data dan layanan digital. Tercatat, di enam bulan pertama tahun ini XL Axiata berhasil meraup pendapatan data dan layanan digital sebesar Rp 12,87 triliun, naik 9% YoY.
Hingga akhir Juni, XL Axiata total memiliki lebih dari 144 ribu BTS, dengan jumlah BTS 4G meningkat signifikan mencapai 88.447. Jumlah ini meningkat 39% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY).
Untuk meningkatkan kualitas jaringan 4G, operator seluler ini telah mematikan sebagian besar BTS 3G yang dimiliki. Dari periode akhir Juni tahun lalu hingga akhir Juni 2022, sebanyak 92% dari seluruh BTS 3G telah dipadamkan, dan hanya tersisa sekitar 4.221 BTS. Targetnya, per akhir 2022, seluruh BTS 3G sudah padam.
Adapun total jumlah pelanggan XL Axiata meningkat menjadi 57,23 juta, dengan jumlah pelanggan layanan prabayar sebanyak 55,8 juta. Pelanggan 4G mencapai 90,9%, meningkat 6% YoY. ARPU campuran tercatat sebesar Rp 39 ribu, meningkat dari Rp 36 ribu di kuartal sebelumnya.
Sementara itu, di sepanjang semester pertama, beban biaya operasional meningkat 13,2% (YoY) menjadi Rp 7,34 triliun dari Rp 6,49 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Meningkatnya biaya operasional ini dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain biaya pemasaran dan penjualan, biaya terkait pajak BHP (regulatory charges) dan sebagainya.
Berbicara mengenai posisi keuangan XL Axiata cukup sehat dengan mampu menjaga posisi neraca tetap terkendali pasca akuisisi saham Linknet. Tercatat, utang kotor meningkat 26% YoY menjadi Rp 13,24 triliun, dengan angka gearing ratio net debt to EBITDA (termasuk finance lease) sebesar 2,8x. Utang bersih meningkat 39% YoY menjadi Rp 11,23 triliun. XL Axiata berfokus untuk melakukan pengurangan hutang ke depannya.
Untuk membiayai pembangunan jaringan dan mendorong pertumbuhan pendapatan, nilai committed capex meningkat 37,4% YoY menjadi Rp 6,8 triliun pada paruh tahun pertama 2022. Rencananya di tahun ini perusahaan tetap akan mengalokasikan belanja modal dengan nilai relatif sama dengan tahun lalu sekitar Rp 9 triliiun.
(agt/fay)