Merger operator seluler tidak hanya akan menguntungkan industri telekomunikasi yang semakin kompleks tantangannya, namun juga pelanggan bisa merasakan ketika dua provider bergabung.
Saat ini, industri telekomunikasi tengah hangat pembahasan merger, salah satu contohnya yang terkini Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia (Tri) yang nantinya menjadi Indosat Ooredoo Hutchison.
Pakar telekomunikasi Kamilov Sagala menjelaskan merger merupakan keniscayaan untuk mewujudkan industri yang lebih sehat dari sebelumnya. Aksi korporasi ini, kata Kamilov, sudah menjadi rahasia umum, termasuk di berbagai belahan dunia.
Kamilov menyebutkan dibandingkan negara lain, pembangunan infrastruktur di RI yang punya geografis berupa pulau dan hamparan laut, menjadi tantangan besar.
"Berbeda dengan India dan China. Tingginya tantangan ini berisiko pada besarnya pembiayaan infrastruktur dan industri telekomunikasi merupakan bisnis yang pada modal," ujar Kamilov.
"Industri sehat terjadi kalau layanan masyarakatnya baik," kata mantan Anggota BRTI ini merujuk dampak merger operator seluler terhadap industri di tanah air.
Lebih lanjut, Kamilov mengatakan, dengan terjadinya merger maka akan tercipta sumber daya dan layanan yang dimiliki kedua belah perusahaan, yang artinya kebutuhan pelanggan akan terakomodir, begitu juga soal cakupan layanan provider tersebut akan semakin luas.
Kamilov mengatakan seperti Indosat Ooredoo Hutchison membuat persaingan antar-operator seluler makin hidup dan mereka berlomba menarik pelanggan dengan beragam pilihan layanan.
"Pelanggan akan semakin mudah mendapatkan layanan, di mana dulunya tidak terjangkau, setelah merger jadi terjangkau karena daerah tersebut ter-cover dengan perusahaan hasil merger. Pelanggan juga mendapatkan pilihan tarif sesuai kebutuhan dan terjangkau sesuai segmen pasar," tuturnya.
Adanya 5G yang belum lama ini menyapa Indonesia, operator seluler membutuhkan investasi kian besar sebab memerlukan alokasi pita frekuensi lebih lebar mencapai 100 MHz, begitu juga infrastrukturnya.
"Frekuensi ini sumber daya alam yang makin tinggi dan terbatas. Sementara itu, kebutuhan akan teknologi semakin tinggi yang bisa memanfaatkan dengan teknologi 5G. Hanya sekarang sumber daya frekuensi itu terbatas, sehingga kebutuhan ini harus di-cover dengan cara-cara lain, salah satunya dipertemukan operator seluler (merger). Indonesia itu punya banyak operator, idealnya itu 3-4 operator seluler saja, pungkasnya.
Simak Video "Video: Grab dan Danantara Buka Suara soal Isu Investasi ke GOTO"
(agt/afr)