Kalau di Jakarta atau kota besar lainnya, isi pulsa sekarang dilakukan serba online. Bisa lewat ATM atau bisa dengan e-wallet seperti OVO, LinkAja, atau Gopay. Tapi kalau di desa terpelosok Teluk Wondama, Papua Barat? Beli pulsa saja bisa lebih mahal ongkosnya ketimbang harga pulsanya. Belum lagi jaringan yang belum maksimal sehingga paketan internet pun terganggu.
Levinus Mokiri Kepala Kampung Iseren mengungkapkan ceritanya kepada detikINET dalam kegiatan persiapan peluncuran BTS 4G di Iseren bersama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Selasa (5/10/2021).
"Kita beli di konter, beli kuota ke kota. Beli harus ke Manokwari," ucap Levinus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal untuk ke Manokwari kota, dibutuhkan sekitar 30 liter bbm dalam satu kali perjalanan. Sementara per liternya, harga BBM mencapai Rp 14-16 ribu.
"Kadang minta kirimin pulsa, minta dari yang kota karena di pulau ini belum ada yang jual pulsa. Ke kota dua jam di jalan," ungkapnya.
![]() |
Dalam satu minggu, sebagai Kepala Desa yang lebih mobile, dia membutuhkan setidaknya pulsa Rp 100 ribu per minggunya. Itu pun, terkadang tetap ada kendala dalam berkomunikasi.
Sekretaris Distrik Rumbepon Nikolas Sibena S.IP menambahkan ketika jaringan kurang bagus, pulsa atau kuota mereka menjadi lebih gampang habis.
"Kalau kita beli eceran macam Rp 10 ribu itu seminggu juga habis. Pendapatan masyarakat juga kadang tidak bagus, kadang bisa beli kadang tidak bisa. Pendapatannya kurang," ceritanya.
"Kalau terlalu penting seperti duka, seperti pengusaha dia setiap bulan sudah harus ada isi pulsanya. Nah kalau dari pemerintah yang aktif atau online dengan jaringan internet atau paket, paket 300-400 bisa jadi masalah dan habis karena loading-nya ini saja," sambung Nikolas.
Terakhir, ia berharap setelah peresmian BTS 4G di Iseren, Teluk Wondama, Papua Barat, pada Rabu (6/10/2021), pemerintah dan masyarakat dapat memanfaatkan jaringan yang baik dan berkualitas. Dengan begitu, tak hanya untuk komunikasi bersama sanak saudara, pemanfaatannya bisa dipakai untuk membangun perekonomian (berbisnis) atau sarana pendidikan.
(fyk/fay)