Direktur ICT Strategy Huawei Indonesia, Mohamad Rosidi, mengatakan bahwa dibutuhkan waktu sekitar 3 sampai 4 tahun dari saat jaringan 3G dan 4G diimplementasikan sampai smartphone-nya diadopsi banyak orang.
Baca juga: Huawei Jajaki Lisensi 5G di AS |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makanya kita sebut bagaimana 5G ini harmonize, di mana saat jaringannya sudah ada, ekosistemnya pun sudah ada, jadi ini seharusnya penetrasinya lebih cepat," cetus Rosidi dalam acara bersama media di Labuan Bajo.
Salah satu bukti ngebutnya implementasi 5G adalah di China, di mana operator di sana sudah meluncurkannya beberapa waktu silam. Pada tahun 2019, sudah ada 100 ribu BTS 5G hanya dalam waktu 12 bulan.
Tahun depan, di China kemungkinan sudah ada 1 juta BTS yang mendukung 5G. Kemudian dari sisi perangkat, smartphone 5G diperkirakan akan lebih cepat turun harga dan terjangkau.
Direktur ICT Strategy Huawei Indonesia, Mohamad Rosidi. Foto: Fino Yurio Kristo/detikINET |
"Dalam waktu 3 tahun itu ada kemungkinan perangkat 5G itu harganya kurang dari 300 dolar. Kalau 4G, bisa dikatakan lama untuk berada di angka affordable price," papar dia.
Contoh lainnya adalah di Korea Selatan. Dalam kurun waktu 1 bulan setelah jaringan 5G dikomersialkan di sana, jumlah pelanggan tembus 400 ribu. Dalam waktu setahun, diproyeksi angkanya menjadi 1 juta pelanggan.
Laporan dari GSMA Research baru-baru ini menyebutkan bahwa China, Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan akan mencakup lebih dari separuh pelanggan jaringan 5G dunia pada tahun 2025.
Baca juga: Menjajal Jaringan 5G Super Ngebut di China |
Di Korsel, 66% koneksi mobile akan 5G dalam pertengahan dekade mendatang, diikuti Amerika Serikat sebanyak 50% dan Jepang 49%.
Dalam hal pelanggan, China bakal dominan dengan 600 juta koneksi 5G. Sedangkan di seluruh dunia, 1,57 miliar orang diperkirakan mengadopsi 5G pada tahun 2025, atau 18% dari total user mobile.
(rns/rns)













































