Sementara pada 2020 mendatang, pembuat Snapdragon itu memprediksi ada 200 juta ponsel 5G yang dikapalkan. Mereka memprediksi adopsi 5G bakal lebih cepat ketimbang 4G karena ketersediaan chip pendukung yang lebih banyak. Alhasil harganya pun bakal lebih terjangkau untuk para konsumen.
Jika prediksi Qualcomm ini akurat, maka pada 2021 akan terjadi pertumbuhan pengapalan ponsel 5G sebesar 125%, dan meroket 67% pada tahun setelahnya. Jika ini terjadi, maka pasar ponsel tentunya bakal lebih bergairah karena konsumen bakal mengganti ponsel 4G-nya ke ponsel 5G, yang tentunya menjadi angin segar bagi pabrikan ponsel karena saat ini pengapalan ponsel saat ini tengah menurun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Qualcomm Bocorkan Kehadiran iPhone 5G |
Bagi Qualcomm sendiri, 2019 adalah tahun yang penuh dengan gejolak. Dimulai dengan gugatan FTC terkait praktik bisnis kontroversial mereka, lalu diakhiri dengan perdamaian dengan Apple, yang bisa terjadi karena Apple takut terlambat mendapat pasokan modem 5G.
Perselisihan antara Apple dan Qualcomm itu berakhir dengan Apple membayar Qualcomm -- diperkirakan -- sebesar USD 4,5 miliar untuk menyelesaikan semua masalah hukum antara keduanya. Sebagai balasan, Apple mendapat lisensi penggunaan teknologi Qualcomm selama enam tahun dan pasokan chip selama beberapa tahun.
Perdamaian keduanya ini membuat saham Qualcomm meroket dari USD 56 pada 11 April menjadi USD 89 pada 3 Mei lalu, demikian dikutip detikINET dari Phone Arena, Jumat (22/11/2019).
Namun nilai saham Qualcomm itu merosot ke USD 66 pada 24 Mei setelah mereka kalah di pengadilan dalam gugatan dari FTC. Namun kini sahamnya kembali ke USD 88 per lembarnya setelah para investornya menyadari bakal terjadi peningkatan pengapalan chip modem 5G pada 2020 mendatang.
(asj/fay)