Chief Brand Officer Smartfren Roberto Saputra berpendapat, implementasi 5G di Indonesia baru akan meluas sekitar 2-3 tahun lagi. Toh penetrasi 4G di Tanah Air pun belum sampai 90%, di samping pelanggan 2G dan 3G yang juga masih ada sampai sekarang.
"Mungkin setelah tiga tahun, baru kita omongin 5G. Karena gini, (untuk) jaringan baru (seperti) 5G kita butuh handset (baru). Handsetnya belum ada sekarang, jadi kita sebagai provider belum bisa bikin jaringan kalau handsetnya belum ada," ungkapnya di Jakarta, Kamis (29/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Roberto juga bertanya-tanya jika pun smartphone 5G saat ini sudah ada di pasaran, apa masyarakat langsung akan menggunakan layanan tersebut. Hal ini berkaitan dengan urusan harga.
Terlebih, pengembangan teknologi jaringan kelima itu sejauh ini lebih banyak ditujukan untuk kebutuhan industri, misalnya kendaraan tanpa sopir atau mobil otonom. Roberto tak yakin dalam waktu dekat masyarakat umum sudah akan butuh layanan 5G.
"5G kalau untuk YouTube-an, streaming-an, itu pakai 4G sudah cukup. Kalau 5G digunakan, kalau saya lihat, untuk mobil yang jalan sendiri, hologram, dan lainnya," ujar pria berkacamata ini.
Selain itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga belum mengeluarkan regulasi 5G, terkait spektrum mana yang akan digunakan. Padahal Roberto menyatakan bahwa, "Regulasi paling penting karena akan membuka ke sana (implementasi 5G)".
Pun demikian, Smartfren bukannya abai terhadap 5G. Justru sebaliknya, mereka sudah ancang-ancang menuju ke arah layanan tersebut.
"Secara teknologi, kita sudah menyiapkan roadmap ke arah 5G. Makanya, belum lama ini kita update bahwa teknologi kita sudah 4G+ yang menuju 5G. Kita sudah ready ke sana, cuma komersialisasinya masih butuh waktu," tuturnya menegaskan.
(jsn/krs)