Akses Broadband akan Dibangun Di Aceh
Hide Ads

Akses Broadband akan Dibangun Di Aceh

- detikInet
Senin, 28 Mar 2005 00:45 WIB
Jakarta - Akses internet berkecepatan tinggi (broadband) akan melengkapi Aceh, segera setelah infrastruktur pendukungnya rampung dibangun. Tim Air Putih, kelompok relawan yang menggarap infrastruktur TI di Aceh, berencana akan membangun infrastruktur komunikasi data yang bersifat permanen di Aceh. Pembangunan infrastruktur di Aceh akan mencakup pembangunan infrastruktur wireless broadband, penyediaan 50 unit laptop, dan pembangunan infrastruktur kabel fiber optik bawah laut berkapasitas STM 64 (sekitar 8 Giga Bit per detik). Perusahaan hardware seperti Intel dan Global Marine, menyokong keberlangsungan program ini.Program ini akan direalisasikan setelah minggu kedua bulan April. "Minggu kedua bulan April, kita diundang Intel ke Singapura untuk belajar instalasi wireless. Baru setelah itu kita akan implementasikan program pembangunan infrastruktur wireless," kata Valens Riyadi, salah seorang relawan Air Putih, ketika berbincang via telepon dengan detikcom, Minggu (27/2/2005). Menurut Valens, pembangunan infrastruktur wireless broadband memanfaatkan frekuensi 5,8 GHz. Infrastrukturnya meliputi 5 unit base station dan 50 unit Client Premises Equipment (CPE), yang akan disebar di kota Banda Aceh, Lhokseumawe, Calang, dan Meulaboh. Ini melengkapi 20 unit CPE client yang sudah terpasang di Aceh. Lima unit base station dan 50 unit CPE merupakan hibah dari Intel. Sementara 20 unit CPE yang sudah terpasang, adalah bantuan dari sejumlah perusahaan diataranya Cisco System Inc. dan Mikrotiks, perusahaan asal Kaspia.Valens memperkirakan, implementasi program akan memakan waktu sekitar dua bulan. "Pemasangan lima unit base station diperkirakan berlangsung selama dua minggu, sementara sisanya adalah untuk pemasarang 50 unit CPE," paparnya.Air Putih yang beranggotakan sekitar 40 sukarelawan, secara bergilir mengirim anggotanya ke Aceh. Rata-rata sebanyak 12 orang dikirim ke Aceh, untuk bertugas selama satu bulan. Diceritakan Valens, tim membelanjakan dana bantuan dari Ricoh Company ltd & Ricoh Asia Pasific PIE ltd, yang menyalurkan US$20.000 (sekitar Rp 183.617.900) melalui Modern Photo. Dana tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari tim, seperti untuk makan dan membayar sewa rumah di Aceh. "Mereka bekerja secara sukarela, tidak ada yang digaji," kata Valens.Izin PemerintahSelain membangun infrastruktur wireless, Air Putih juga akan menyalurkan 50 unit laptop yang merupakan hibah dari Intel Indonesia."Laptop-laptop tersebut dapat digunakan untuk keperluan pendataan, terminal akses dan administrasi," ungkapnya.Selain itu, tim juga akan mengkoordinasikan pembangunan infrastruktur kabel fiber optik bawah laut berkapasitas STM64, yang akan menghubungkan kota Meulaboh, Calang, Banda Aceh, dan Lhokseumawe, dan diterminasikan di Medan. "Jaringan ini akan terhubungkan ke kabel fiber internasional SEA-ME-WE 3 (South East Asia-Middle East-Western Europe-red) yang melintasi Selat Malaka," papar Valens.Keseluruhan program yang dikoordinasikan Air Putih ini telah mendapat izin secara lisan dari pemerintah. Izin tertulisnya diharapkan akan keluar minggu ini."Izin secara verbal telah kami terima melalui Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Sofjan Djalil dan Dirjen Pos dan Telekomunikasi Djamhari Sirat," ungkap Valens. "Postel sudah mengeluarkan izin wireless, sekarang masih di meja Menteri, untuk mendapat persetujuannya. Izinnya diharapkan sudah keluar minggu ini," paparnya.Menurut tim Air Putih, pembangunan infrastruktur komunikasi data ini penting, sejalan dengan kondisi Aceh yang sudah melewati status darurat dan memasuki status pemulihan. Jika pada awalnya tim hanya membangun infrastruktur komunikasi data yang bersifat darurat, maka saat ini kebutuhan akan infrastruktur permanen dinilai perlu untuk diadakan.Valens memaparkan, jika bantuan-bantuan tersebut dapat terlaksana di Aceh, hal ini akan menjadi lompatan yang sangat berarti bagi pengembangan teknologi informasi di Indonesia. Berbagai aplikasi yang berguna bisa berjalan melalui jaringan ini, seperti pengendalian proses pemulihan, e-learning, dan berbagai aplikasi komunikasi data lainnya. Tentu saja hal ini akan mempercepat pemulihan Aceh, dan juga mendorong lebih cepatnya perputaran roda kehidupan dan bisnis di Aceh.Pemberitahuan dari Air Putih menyebutkan, pihak Airputih, Intel dan Global Marine, menjamin bahwa mereka tidak memiliki ketertarikan berbisnis sehubungan dengan adanya program bantuan ini. Disepakati pula bahwa dalam 1 tahun pertama, akan dilakukan juga proses pelatihan kepada orang lokal Aceh, sehingga setelah satu tahun, orang Aceh sendiri dapat melakukan pemeliharaan dan pendayagunaan infrastruktur ini."Nantinya, infrastruktur itu bukan kami yang memiliki. Mungkin nanti akan diserahkan ke kampus Syah Kuala, atau ISP-ISP (Internet Service Provider-red) kecil yang mulai tumbuh lagi di Aceh," kata Valens. "Yang jelas syaratnya, mereka harus punya keahlian untuk mengoperasikan infrastruktur tersebut." (ien/)
Berita Terkait