Direktur Utama Telkomsel mengakui adanya situasi yang kurang sehat di industri. Bila tidak segera ditangani, dikhawatirkan nasib industri di Indonesia akan seperti di India.
Menurutnya tarif di India cenderung lebih murah dari Indonesia. Namun, bila diperhatikan dengan seksama di India pasarnya mengalami distorsi yang luar biasa karena kehadiran operator baru yang masih beroperasi secara gratis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal yang pertama adalah layanan harus terjangkau oleh masyarakat. Murah itu penting, tapi terlalu murah menjadi tidak sehat. Karena nantinya tidak bisa memenuhi hal yang kedua, yakni sustainable (berkelanjutan)," ucap Ririek di kantor Telkomsel.
Berkelanjutan yang dimaksud Ririek adalah pelakunya yang berkelanjutan untuk membangun, bisa menjaga kualitas, dan memberikan layanan di tingkat maksimal.
"Nah, di kita sekarang rasanya sudah mulai di bawah, akibatnya sebagian besar operator mulai suffer. Jadi, dalam jangka panjang juga belum tentu sustain," papar Ririek.
Murah, lanjut Ririek, memang bagus untuk masyarakat. Secara jangka panjang dikatakannya itu bisa membawa dampak buruk bagi masyarakat. "Karena juga nantinya kalau tidak sustain tidak lagi ada yang bangun atau dalam artian kualitasnya menurun," ungkapnya.
Terakhir yang juga tak kalah penting adalah availability atau ketersediaan. "Jadi harus tersedia idealnya adalah merata di semua titik di negara ini agar semua masyarakat bisa menikmati itu semua," pungkasnya.
Sebelumnya beredar surat Indosat Oooredoo yang mengajukan permohonan agar pemerintah mau mengintervensi perang tarif dengan menetapkan tarif bawah komunikasi data internet.
Surat yang dialamatkan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara itu juga ditembuskan kepada Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution dan Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Muhammad Syarkawi Rauf. (mag/rou)