Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, menuturkan berdasarkan World Radiocommunication Conference (WRC), nanti 5G akan mengunakan pita frekuensi tinggi 28 GHz.
"Kita akan ikut standar internasional, kalau WRC suruh alokasikan di 28 GHz, kita akan alokasikan di situ yang totalnya ada 2 GHz atau 2.000 Mhz, jauh dari tender yang dilakukan sekarang kan," ujar Rudiantara di sela Demo 5G Perdana Ericsson di Four Seasons Hotel, Jakarta, Senin (3/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"5G ini cocok untuk industri seperti digunakan di pabrik atau manufaktur, misalnya penggunaan robot karena kecepatan rata-rata 5 Gbps," kata pria yang disapa Chief RA ini.
Senada dengan yang diucapkan oleh Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini, bahwa tahap awal implementasi 5G ditujukkan bagi industri yang berkebutuhan internet dengan akses paling cepat.
"Jadi, sebetulnya 5G ini titik beratnya untuk industri, misalnya pabrik besar, terus seperti IoT (Internet of Things), Machine to Machine (M2M). Kalau digunakan untuk personal (konsumen), pakai 4G LTE sudah cukup. Kalau memang kebutuhannya jauh lebih besar, nanti pasti ke sana," tutur Dian.
Bila 5G untuk industri diperkirakan dapat tersedia empat tahun dari sekarang atau pada tahun 2021. Maka implementasi 5G yang diperuntukkan masyarakat, jauh lebih lama lagi.
"Kalau 5G untuk industri itu empat tahun lagi, maka untuk konsumen diatas empat tahun lah pokoknya," sebutnya.
Dian melihat ekosistem 5G sekarang dalam kondisi siap, karena untuk menerapkannya masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Contohnya seperti infrastruktur sampai investasi 5G.
"Kalau dari 3G ke 4G agak lumayan perubahannya. Tapi, dari 4G ke 5G boleh dibilang bukan revolusioner tapi evolusi. Jadi, bisa dilakukan secara software," imbuh Dian. (rou/rou)