Telkom 3S tidak terbang sendirian. Satelit ketiga milik Telkom ini terbang bersama Sky Brasil-1 menggunakan roket peluncur Ariane 5 Flight VA235 buatan Arianespace.
Roket peluncur itu memiliki bobot 780 ton untuk mengangkat kedua satelit itu terbang ke angkasa meski sejatinya bobot di bodi satelit Telkom 3S yang dibikin Thales Alenia Space cuma 3,5 ton dan Sky Brasil-1 sekitar 6 ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami juga memasok berbagai suku cadang untuk pusat kendali (control center) serta melatih tim insinyur Telkom secara langsung," kata SVP & Sales Marketing Thales Alenia Space, Martin van Schaik kepada detikINET di Jupiter Control Center di Guiana Space Center, Kourou, Rabu (15/2/2017).
Menurutnya, Telkom 3S dibangun berdasarkan kategori satelit Thales Alenia Space Spacebus 4000B2 dengan payload 6,5 kW yang dilengkapi dengan 24 transponder C-band, 8 transponder extended C-band serta 10 transponder Ku-band.
Secara teori, peluncuran satelit terdiri dari beberapa tahapan dimana setiap stage memainkan peranan yang berbeda. Tahapan pertama, kendaraan peluncur berisi roket-roket dan bahan bakar yang diperlukan untuk mengangkat satelit dan kendaraan peluncur ke angkasa.
Roket-roket ini haruslah sangat kuat karena bobot dari kendaraan peluncur bisa mencapai ratusan ton. Setelah semua bahan bakar di tangki ini habis digunakan, stage satu tidak diperlukan lagi dan dibuang, dilepaskan jatuh ke bumi.
Foto: Satelit Telkom 3S (detikINET/Agus Tri Haryanto) |
Berikutnya upper stage dari kendaraan peluncur dihubungkan ke tempat pembawa satelit, yang merupakan suatu wadah yang dilapisi metal, dan disebut fairing. Fairing berfungsi melindungi satelit saat proses peluncuran dan memudahkan kendaraan peluncur untuk menjelajah atmosphere Bumi.
Fairing akan membuka ketika satelit berada diatas lapisan atmosphere dan terbakar ketika memasuki atmosfer. Roket-roket pada upper stage ini menyala setelah satelit berada di luar angkasa dan akan membawa satelit menuju titik orbit yang dituju.
Satelit kemudian ditempat ke suatu transfer orbit yang akan mengirimkan satelit ke orbit yang lebih tinggi. Setiap satelit berada di titik terjauh (apogee) maka roket utama yang terpasang di satelit dinyalakan. Begitu seterusnya sampai satelit mencapai ketinggian orbit yang diinginkan.
Selanjutnya panel surya mulai dibuka dan dikembangkan agar satelit mulai mendapat catuan listrik dari sinar matahari, kemudian diikuti dengan dibukanya antena komunikasi.
Roket peluncur yang membawa satelit Telkom 3S itu sendiri berhasil melesat ke angkasa sejak pukul 18.39 waktu setempat di Kourou. Namun baru pada 39 menit kemudian, separasi Telkom 3S berhasil dilakukan.
"Yang saya tunggu-tunggu adalah sinyal pertama dari satelit, pada saat 10 menit dilepas dari roket. Setelah itu sudah berhasil, insya Allah bisa berputar dengan baik," kata Tonda Priyanto, Kepala Proyek Satelit Telkom 3S.
Foto: Peluncuran satelit Telkom 3S (detikINET/Achmad Rouzni Noor) |
"Sudah kalau untuk tahap satu, karena setelah ini antenanya terbuka, solar cell-nya juga terbuka. Dalam waktu 10 hari ini baru akan lengkap, dan sudah bisa dioperasikan untuk testing," jelasnya.
Setelah pengetesan berjalan lancar di slot orbit 135,5 derajat bujur timur (BT), dan tiga kali mengelilingi bumi selama 10-15 hari, satelit Telkom 3S ini akan didorong oleh roket peluncur internal untuk masuk orbit 118 BT di ketinggian 36 ribu kilometer dari atas Pulau Kalimantan.
Setelah itu, lanjut Tonda, untuk testing komersialnya baru bisa dimulai pada pertengahan April mendatang. Untuk meluncurkan satelit Telkom 3S ini, Telkom mengeluarkan investasi sebesar USD 215 juta atau setara dengan Rp 2,9 triliun untuk keseluruhan biaya pembuatan satelit, roket peluncur, dan juga asuransinya.
(rou/yud)
Foto: Satelit Telkom 3S (detikINET/Agus Tri Haryanto)
Foto: Peluncuran satelit Telkom 3S (detikINET/Achmad Rouzni Noor)