Indosat Tepis Tudingan 'Untung Dua Kali'
Hide Ads

Indosat Tepis Tudingan 'Untung Dua Kali'

Ardhi Suryadhi - detikInet
Sabtu, 10 Sep 2016 10:19 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Indosat mengeluarkan bantahan tegas terkait sejumlah tudingan yang dilontarkan Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB Muhammad Ridwan Effendi.

Ketika itu, Ridwan yang juga mantan anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), berkomentar tentang biaya interkoneksi dan SE Nomor 1153/M.KOMINFO/PI.0204/08/2016 yang ditandatangani oleh Plt. Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Geryantika Kurnia yang dirilis pada 2 Agustus 2016 lalu. Biaya interkoneksi baru ini memuat 18 skema panggilan telepon tetap dan seluler diturunkan secara agregat sekitar 26%. Khusus untuk seluler, misalnya, dari Rp 250 menjadi Rp 204.

Dalam pernyataannya tersebut Ridwan mengkritisi para operator yang berniat mencari untung sebanyak-banyaknya dari polemik biaya interkoneksi tanpa mau memikirkan masyarakat. "Kengototan mereka ingin menerapkan tarif interkoneksi baru itu adalah agar mereka dapat untung dua kali," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun Indosat Ooredoo β€” yang juga disebut dalam komentar Ridwan -- menepis sejumlah tuduhan tersebut. Berikut hak jawab Indosat Ooredoo seperti yang disampaikan Dayu Padmara Rengganis selaku juru bicara operator yang berkantor pusat di jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat tersebut.

===

Berita berjudul "Sudah Ditunda, Kenapa Masih Ngotot Turun?" mengandung tuduhan yang merugikan nama baik Indosat Ooredoo karena tanpa data yang akurat memuat pernyataan- pernyataan bernada tuduhan dari narasumber yang tidak berlandaskan fakta.

Berita tersebut telah merugikan kami karena menyebarluaskan kesan bahwa (a) Indosat Ooredoo memanfaatkan interkoneksi untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, dan (b) Indosat Ooredoo tidak melaksanakan kewajiban membangun jaringan telekomunikasi.

Hal ini dapat dibaca pada kalimat-kalimat sebagai berikut:

1. Paragraf 2 (alinea kedua)

- "Indosat, XL dan Tri nekat ingin menerapkan biaya interkoneksi baru, meski Kemkominfo menunda pemberlakuannya. Itu karena mereka ingin untung dua kali. Lagi-lagi secara tidak fair."

2. Paragraf 4

- "Para operator ini berniat mencari untung sebanyak-banyaknya dari polemik biaya interkoeksi ini tanpa mau memikirkan masyarakat. Kengototan mereka ingin menerapkan tarif interkoneksi baru itu adalah agar mereka dapat untung dua kali."

3. Paragraf 7

- "Keuntungan keduanya adalah, ketika ada pelanggan Indosat menelepon ke pelanggan Telkomsel, perusahaan Ooredoo Qatar ini hanya membayar biaya interkoneksi sebesar Rp 204, bukan lagi 250 per menit. Demikian juga dengan XL. 'Jadi, Indosat dan XL di sini untung lagi Rp 46,' ulasnya."

4. Paragraf 10 (alinea kedua)

"Ridwan curiga, tujuan operator hanya mencari keuntungan semata dari polemik penurunan biaya interkoneksi ini. 'Feeling saya, operator tidak akan serta merta menurunkan tarif retail,' kata Ridwan."

5. Paragraf 11 (alinea pertama)

- "Keengganan para operator swasta untuk memenuhi kewajibannya membangun jaringan telekomunikasi di seluruh pelosok Tanah Air."

Menanggapi poin-poin pernyataan tersebut di atas, maka Indosat Ooredoo memberikan penjelasan sekaligus mengingatkan hal-hal sbb:

1. Indosat Ooredoo sepenuhnya menyadari bahwa biaya interkoneksi adalah kewajiban yang berlandaskan pada UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Oleh sebab itu bagi Indosat Ooredoo, biaya interkoneksi yang diterima dari operator lain tidak ditargetkan sebagai sumber pendapatan, apalagi untuk memperoleh keuntungan.

2. Indosat Ooredoo selalu memenuhi target pembangunan jaringan yang tercantum dalam izin penyelenggaran dalam rangka terus memperluas jangkauan dan meningkatkan kualitas layanan. Dapat kami sampaikan bahwa pencapaian pembangunan Indosat Ooredoo senantiasa melampaui target yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pernyataan bahwa operator swasta (dalam hal ini Indosat Ooredeoo) enggan memenuhi kewajiban pembangunan tidak berlandaskan fakta.

3. Biaya interkoneksi merupakan settlement antar operator yang pada akhirnya dibebankan kepada pelanggan. Kami berkeyakinan bahwa biaya interkoneksi yang rendah akan mengurangi beban industri dan beban masyarakat. Penurunan biaya interkoneksi senantiasa terjadi dalam sepuluh tahun terakhir. Terbukti bahwa industri terus berkembang, tarif retail berangsur turun, sehingga masyarakat yang mendapatkan keuntungan.

4. Indosat Ooredoo berkomitmen untuk memberikan layanan yang terjangkau kepada masyarakat. Hal ini telah kami buktikan dengan memberikan tarif Rp. 1 / detik kepada pelanggan Indosat Ooredoo di luar Jawa untuk menelepon ke semua operator jauh sebelum adanya penurunan biaya interkoneksi sehingga pernyataan bahwa kami hanya mencari keuntungan semata dan tidak akan menurunkan tarif retail sangat tidak berdasar.

Kami berharap penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang benar dan lengkap. Komitmen Indosat Ooredoo adalah untuk terus memperluas jangkauan layanan telekomunikasi ke seluruh Indonesia dan menghadirkan layanan telekomunikasi yang semakin berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

Aktifitas dan upaya Indosat Ooredoo dalam membangun telekomunikasi Indonesia merupakan bukti bahwa Indosat Ooredoo tetap memiliki karakter BUMN yang peduli dan selalu mengutamakan kesejahteraan rakyat.

(ash/ash)