Anggota Komisioner BRTI I Ketut Prihadi menyatakan, posisi Telkomsel di luar Jawa bukanlah aksi monopoli karena semua operator diberi kesempatan yang sama untuk membangun jaringan dan menyediakan layanannya.
"Jika sekarang hanya ada Telkomsel, hal ini bukan salah Telkomsel. Mungkin pertanyaannya adalah kenapa operator lain tidak mau membangun, apakah tidak mau atau tidak mampu?" kata Ketut yang balik mempertanyakan komitmen ekspansi operator lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk membangun backbone seluler memang diperlukan campur tangan Pemerintah atau BRTI sehingga penyedia backbone fiber optik di luar Jawa dapat menawarkan harga sewa yang kompetitif terhadap operator seluler yang butuh backbone tersebut," lanjut Ketut saat dihubungi detikINET.
BRTI pun mengakui untuk melakukan ekspansi jaringan secara masif ke kota-kota di luar Jawa bukanlah perkara mudah. Nilai investasi menjadi faktor yang sangat dihitung di sini yang kemudian bakal dibandingkan dengan besarnya kue pasar.
"Untuk ekspansi kan butuh investasi, padahal marketnya tidak sebanyak di Jawa, jadi tentu kembali kepada strategi masing-masing operator. Namun BRTI mengharapkan ada kompetisi di luar Jawa, dan tidak terbatas di wilayah tertentu saja," Ketut menambahkan.
Untuk mendobrak dominasi Telkomsel di luar Jawa, Indosat sendiri tengah menggalakkan tarif murah telepon yang dipatok Rp 1/detik ke semua operator. Kampanye marketing tarif Rp 1/detik inilah yang sempat membuat hubungan Indosat-Telkomsel panas, lantaran munculnya spanduk yang menyindir tarif Telkomsel.
Kedua operator sudah dipanggil oleh BRTI untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi sekaligus untuk mendinginkan suasana.
Secara bisnis, BRTI tidak mempermasalahkan penawaran tarif Rp 1/detik yang ditawarkan Indosat, tetapi jangan sampai menyerang operator lain dan bisa menjaga kualitas layanan.
Namun alih-alih suasana menjadi dingin pasca pertemuan dengan BRTI, President Director & CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli justru kembali bersuara keras dengan mengajak para petinggi operator telekomunikasi lainnya untuk ikut jadi penantang Telkomsel yang dianggap terlalu mendominasi dan memonopoli pasar seluler di luar Jawa.
"Saya minta kepada bos operator lainnya untuk ikut bersuara, jangan cuma berani ngomporin di belakang saja," seru Alex, panggilan akrabnya, dalam pertemuan terbatas tadi malam di Graha Niaga, Jakarta, Selasa (21/6/2016).
"Jangan takut untuk bicara, ini demi kepentingan bersama. Ayo kita fight habis-habisan untuk kepentingan pelanggan," ujarnya seraya berpesan kepada para CEO dari operator XL Axiata, Hutchison 3 Indonesia, dan Smartfren Telecom.
Market share pasar seluler saat ini dikuasai Telkomsel secara nasional Telkomsel sekitar 45%-50%. Namun di luar Pulau Jawa, kekuasaannya telah lama di atas angka 86%.
Sementara market share Indosat Ooredoo secara nasional mencapai 21,6%, Hutchison 3 Indonesia 14,4%, dan XL Axiata 14%, sisanya Smartfren Telecom. Namun jika keempatnya digabung, market share mereka di luar Jawa, diklaim Alex tak lebih dari 14%.
Itu sebabnya, ditegaskan Alex, apa yang tengah diperjuangkan Indosat saat ini adalah untuk menata lanskap persaingan dan aturan yang lebih pro kepada kompetisi bukan memproteksi penguasa pasar. (ash/rns)