Hasnul -- yang juga mantan Direktur Utama XL Axiata -- menyebut bahwa operator tak bisa terus-terusan 'membakar uang' lantaran ingin menjaga gengsi punya tarif paling murah. Operator harus tetap berpikir rasional.
"Karena kalau terus-terusan murah nanti tidak balik lagi uangnya, investasinya gede. Untuk sementara oke (tarif murah-red), karena supaya orang masuk dulu," kata Hasnul, saat ditemui di sela acara Advan di Aston at Kuningan Suites, Jakarta, Senin (6/6/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Hasnul juga menekankan agar ketersediaan handset juga diperhatikan operator, karena inilah yang menstimulasi orang cepat hijrah ke layanan 4G.
"Istilahnya tol sudah dibangun, tapi jalanannya kosong karena mobilnya jarang. Saya ingat ketika tahun 2007 saya turunkan harga, itu tak ada gunanya kalau pengguna tidak cepat nambahnya. Dan ketika di satu titik ponsel 3G dijual Rp 300-400 ribu, itu sangat membantu sekali," paparnya.
Kesimpulannya, jaringan 4G sangat bergantung pada handset. Ketika akhirnya ponsel 4G dihargai Rp 1 juta dan bisa merata di banyak daerah, Hasnul yakin pertumbuhan pengguna 4G akan cepat.
"Apalagi konten sekarang sudah banyak, orang sudah mulai suka streaming, browsing, dan lain-lain. Jadi tinggal (ketersediaan) ponselnya," pungkas dedengkot di industri telekomunikasi itu. (yud/ash)