'Halo-halo' yang Terhalang Listrik
Hide Ads

Ekspedisi Langit Nusantara

'Halo-halo' yang Terhalang Listrik

Ardhi Suryadhi - detikInet
Senin, 25 Apr 2016 12:13 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Palembang - Pembangunan infrastruktur tak bisa berjalan sendiri, sebab saling terkait satu sama lain. Bicara soal akses telekomunikasi misalnya, dimana kerap kali pembangunannya terhadang karena ketiadaan listrik.

General Manager Sales Region Sumbagsel Division Telkomsel, Badar, punya sejumlah pengalaman terkait bagaimana keinginan masyarakat pelosok mencicipi fasilitas 'halo-halo' sulit terealisasi lantaran listrik yang pas-pasan.

Wilayah Sumbagsel yang dinaungi Badar sendiri membentang mulai dari Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, hingga Bangka Belitung. Dimana di daerah pelosok setiap propinsi tersebut masih banyak yang terisolasi telekomunikasi dan listrik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa yang sempat disebut Badar antara lain wilayah Soah yang bisa ditempuh dengan 6 jam perjalanan darat dari Lampung serta Pulau Enggano yang mesti dilalui lewat kapal laut selama 16 jam dari Bengkulu.
   
"Listrik dari PLN gak masuk, jadi sehari-hari mereka memakai genset. Termasuk tower telekomunikasi yang kita bangun di sana, harus didayai lewat genset," ujar Badar saat berbincang dengan detikINET di sela pendaratan drone Elang Nusa di Palembang.

Padahal ketika infrastruktur masuk maka ekonomi masyarakat sekitar juga langsung berkembang dengan cepat. Para petani di Soah misalnya, sebelumnya sangat bergantung dengan para tengkulak ketika ingin menjual hasil panen. Sebab mereka tidak tahu berapa sebenarnya harga pasar yang layak bagi hasil panen tersebut.

"Tapi sejak adanya akses telekomunikasi masuk, petani lokal merasa sangat terbantukan. Di situlah kita (Telkomsel-red.) juga punya misi untuk memerdekakan daerah terpencil, mengangkat ekonomi mereka. Dan karena mereka merasa sangat terbantu, aset tower Telkomsel dianggap milik mereka dan ikut menjaga tower kita," lanjutnya.

Kondisi serupa juga terjadi di Pulau Enggano. Dimana Telkomsel juga dikatakan sebagai pendobrak tembok isolasi telekomunikasi di wilayah dengan penduduk sekitar 200 ribuan itu.

"Kondisinya sama juga ketika jaringan kita (Telkomsel-red.) masuk, ekonomi mereka juga langsung tumbuh," ujar Badar.
General Manager Sales Region Sumbagsel Division Telkomsel, Badar.

Telkomsel sendiri disebut telah menganggarkan sampai ratusan miliar rupiah untuk belanja genset di area Sumatera saja selama setahun. Genset-genset itu kemudian disebar ke remote area demi menghidupkan BTS.  

"Sumbagsel itu luasnya luar biasa dan ekonominya di pinggir-pinggir itu juga luar biasa. Makanya kami ingin memerdekakan telekomunikasi mereka yang dihasilkan dari petani, UKM dan nelayan. Cuma masalahnya kita itu listrik, jadi kita invest dari genset. Listrik di sana (remote area- red.) gak bisa di-cover PLN, jadi sehari-hari mereka (masyarakat-red.) juga pakai genset," kata Badar.

Selain soal listrik, tantangan juga datang dari infrastruktur jalan dan kapal laut untuk mendatangi pulau-pulau kecil di area Sumatera. Dimana kapal besar juga dibutuhkan untuk mengangkut peralatan untuk membangun tower telekomunikasi.

"Anda pasti tak bakal mengira jika mereka (masyarakat di remote area-red.) cepat bertransformasi ketika ditunjang dengan layanan telekomunikasi.  Mereka langsung melihat potensi yang ada, termasuk soal daya belinya," lanjut Badar.

Sebab di pelosok itu tak sensitif dengan tarif, namun masih ditawarkan dengan harga wajar. Tak seperti di tengah kota karena mungkin lebih banyak pilihan, jadi gampang goyah soal tarif.

"Saya juga gak menyangka di daerah terisolir itu ARPU tinggi. Harga di sana gak mahal, tapi karena di sana minim hiburan jadi mereka mencari potensi dari yang mereka punya. Efek broadband economy-nya dapat," imbuhnya.

"Karena ini bisnis harus ada number, kita bukan masalah besar atau kecil kita belanjakan anggaran. Saya sudah menyampaikan ke manajemen, kita butuh secara bisnis tapi kita juga bakal mendapat dampak yang di luar bisnis. Yakni kita memerdekakan dan memakmurkan masyarakat sekitar. Bahkan rencana saya, setelah kita bukakan akses telekomuniksi, saya ingin mengajarkan mereka tentang bagaimana memanfaatkan smartphone dan internet," Badar menandaskan.

Ayo ikuti Ekspedisi Langit Nusantara dan jadilah saksi keindahan Bumi Indonesia.

(ash/rns)
Berita Terkait