Triple Play Mau Sukses? Ini Kata Mastel
Hide Ads

Triple Play Mau Sukses? Ini Kata Mastel

Achmad Rouzni Noor II - detikInet
Jumat, 12 Feb 2016 16:39 WIB
Foto: Internet
Jakarta - Operator telekomunikasi di Indonesia dinilai memiliki tantangan yang berat mengembangkan layanan Triple Play di negeri ini. Tak cuma rintangan dari sisi pembangunan infrastuktur, tapi juga masalah kebiasaan di masyarakat.

Triple play adalah layanan yang diberikan operator telekomunikasi bagi pelanggan rumah berupa langganan TV kabel, telepon rumah, dan akses internet. Di Indonesia, para pemain triple play adalah Telkom (IndiHome), Link Net (First Media), atau Supra Primatama Nusantara (Biznet).

Namun di antara sejumlah pemain telekomunikasi itu, cuma Telkom yang menawarkan layanan jasa telepon dasar di jaringan telepon tetap. Sementara lainnya hanya menawarkan akses internet dan TV kabel saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Kristiono, Triple Play itu tren teknologi yang merupakan keniscayaan demi peningkatan layanan telekomunikasi kepada masyarakat. Pasalnya, teknologinya berubah dari kabel tembaga menjadi kabel optik.

"Dari kabel optik ini bisa berjalan beragam layanan yang bisa diberikan. Nah, mengkomunikasikan Triple Play di tengah masyarakat yang terbiasa dengan One Play (teleponi dasar) ini bukan perkerjaan mudah," papar Kristiono di Jakarta, Jumat (12/2/2016).

Menurutnya, operator harus bisa mengkomunikasikan ke masyarakat kalau perlu dengan cara sistem komersial dimana bisa menonjolkan keuntungan berlangganan secara Triple Play dibandingkan hanya sekadar One Play saja.

"Operator harus bisa membuat masyarakat merasakan menikmati benefit yang lebih dari Triple Play.  Karena saya rasa nature masyarakat sebenarnya butuh kemajuan, butuh layanan lebih baik. Tetapi jika ada yang mau hanya menikmati One Play, itu harus dihormati juga," katanya.

Diakuinya, layanan suara masih dicari pelanggan telekomunikasi. Namun menurutnya, layanan voice saat ini sudah mulai disalurkan dengan cara yang berbeda, yakni lewat jalur internet, tak lagi melalui Public Switch Telephone Network (PSTN).

"Mungkin nantinya PSTN akan hilang sendiri teknologinya. Sementara Telkom mungkin masih ada, tapi someday, sebentar lagi saya kira sudah tidak akan ada lagi PSTN. Kalau bagi pemain seperti Telkom,  teknologinya sudah available kenapa tidak dikasih semua. cuma saya masyarakat mungkin ada yang belum siap," ulasnya.

Seperti diketahui, prosedur unbundling IndiHome dari Telkom banyak dikeluhkan pengguna karena dianggap tak adil. Unbundling di sini adalah ketika pelanggan memutuskan berhenti berlangganan internet atau TV kabel, dan memilih hanya berlangganan telepon tetap saja.

Dalam perjanjian berlangganan antara Telkom dan IndiHome dinyatakan bila pelanggan memutuskan untuk berhenti berlangganan, maka otomatis layanan akan berhenti, termasuk layanan Triple Play, seperti internet, TV interaktif, dan telepon.

"Seluruh perangkat Telkom yang terdapat di pelanggan akan diambil kembali oleh pihak Telkom," demikian tulis perjanjian itu. Istilahnya kalau menurut Direktur Utama Telkom Alex Sinaga: "One contract, one bill. Kalau berhenti berlangganan Indihome berarti ketiga layanan tersebut dicabut."

Di lain kesempatan, Chairman Mastel Institute Nonot Harsono menambahkan, hebohnya masalah unbundling oleh IndiHome tak bisa dilepaskan dari biaya yang dikeluarkan pelanggan.

"Kontrak pelanggan pertama layanan suara. Itu biaya bulanan kan murah. Terus Triple Play naik jadi ratusan ribu rupiah. Nah, pas mau balik ke langganan telepon rumah saja, infrastruktur sudah berganti dari tembaga ke optik. Ini memang harus ada ketemu kepentingan Telkom dengan kepentingan konsumen. Keduanya saling membutuhkan," katanya.

Secara terpisah, Vice President Consumer Marketing and Sales Telkom, Jemy Confindo mengaku sudah menyiapkan solusi jika pelanggan hanya mau berlangganan telepon rumah tanpa bundling triple play IndiHome.

"Kami akan menyiapkan teknisi untuk melayani pelanggan yang ingin berhenti langganan internet dan televisi namun tetap ingin memakai jaringan telepon rumah. Telkom menyiapkan solusi agar layanan voice tetap bisa dilayani. Hanya pelanggan tersebut tidak lagi mendapat bonus lokal dan interlokal 1.000 menit," jelas Jemy.

Dalam catatan, Telkom hingga kuartal keempat 2015 memiliki sekitar 10,033 juta pelanggan naik dibandingkan periode sama 2014 sebesar 9,604 juta pengguna. Telkom salah satu pemilik lisensi telepon tetap yang masih mengembangkan layanan jika dilihat dari pertumbuhan pelanggannya. (rou/ash)
Berita Terkait