Menkominfo Rudiantara mendorong para operator telekomunikasi untuk merger akuisisi agar frekuensi bisa lebih banyak tersedia. Selain itu, operator juga didorong pakai infrastruktur bersama agar internet bisa lebih murah.
Dari kebijakan itu, seharusnya yang merasa tertekan adalah para vendor jaringan, termasuk Ericsson. Pasalnya, perusahaan asal Swedia ini masih jadi pilihan utama dalam urusan penyediaan perangkat teknologi jaringan oleh mayoritas operator.
Dengan berkurangnya jumlah operator dan kemudian pembangunan infrastruktur juga bisa berkurang karena digunakan bersama, apakah Ericsson bakal menolaknya karena takut rugi? Jawabannya ternyata: tidak!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berapapun jumlah operatornya, jumlah frekuensi yang tersedia dan jumlah pelanggannya pun tetap sama. Artinya, kebutuhan pembangunan jaringan untuk melayani pelanggan pun tak akan berubah," kata dia di Marche, Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (3/12/2015).
Intinya kata Jul, yang penting para operator itu masih sama-sama pakai teknologi jaringan Ericsson, meskipun jumlahnya menyusut jadi empat atau lima. Pun begitu dengan rencana infrastruktur bersama atau network sharing.
"Network sharing bagi kami tak masalah. Justru kami ini pelopor network sharing di berbagai negara dunia. Ini isu fundamental efisiensi jaringan di Indonesia karena terlalu banyak operator seluler di negeri ini," jelasnya lebih lanjut.
Dia juga mengatakan, bahwa terlalu banyak operator saat ini tidak berbanding lurus dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Di luar negeri saja, katanya, tak sebanyak di Indonesia.
Operator seluler di Indonesia saat ini terΓ§atat lebih dari lima, yakni Telkomsel, Indosat, XL Axiata (merger dengan Axis Telekomunikasi Indonesia), Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (Ceria), Smartfren Telecom (bersama Mobile-8 Telecom dan Bakrie Telecom).
"Saya tidak melihat pasar di sini membutuhkan operator selular dalam jumlah banyak. Dan network sharing menurut kami adalah ide yang bagus karena kami pun sudah pernah melakukannya. Yang penting tujuannya bagus dan menguntungkan pasti kami dukung," jelas Jul.
Sebagaimana diketahui, Menkominfo pernah mengatakan, demi mendorong agar tarif internet per kilo byte bisa turun, salah satu caranya adalah meminta para operator seluler untuk melakukan infrastruktur sharing.
Hal ini, kata dia, bertujuan agar terjadinya efisiensi sehingga berujung terhadap harga per kilobyte bisa dijual lebih murah. Yang dimaksud dengan infrastruktur sharing ini salah satunya penggunaan Base Tranceiver Station (BTS) secara bersama-sama.
Bagaimana dengan spektrum sharing atau penggunaan frekuensi bersama oleh lintas operator? Kata Jul, hal itu juga memungkinkan asalkan regulasinya jelas. Tentunya semua tak akan mau, jika kasus seperti Indosat dan IM2 kembali terulang jika tak didukung dengan aturan yang pasti.
(rou/fyk)