Usai perang Korea, seperti juga di Korea Utara, kondisi Korea Selatan benar-benar hancur. Supaya rakyat di Selatan tak mati kelaparan, tentara Amerika membagi-bagikan makanan.
Tapi bak kuda pacuan, Korea Selatan segera berlari kencang. Kini Korea Selatan sudah berdiri sejajar dengan negara-negara maju di Asia maupun Eropa. Perusahaan-perusahaan Korea seperti Samsung, LG, Hyundai, Lotte, 'mengibarkan' bendera Korea Selatan di seluruh dunia. Gelombang K-Pop menebarkan 'virus' Super Junior, SNSD, dan sebagainya.
Bagaimana Korea Selatan yang baru merdeka pada 15 Agustus 1945, dua hari lebih cepat dari Indonesia, bisa berlari secepat itu, jauh meninggalkan negara-negara Asia seperti Indonesia dan Malaysia?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sadar negaranya sangat miskin, Presiden Park menekankan bahwa rakyat Korea Selatan harus bekerja sangat keras, bahkan lebih keras dari rakyat negara-negara lain.
"Kerja sangat keras, disiplin dan pali-pali," kata John soal 'revolusi mental' yang ditanamkan Presiden Park, di depan para pemenang kompetisi NextDev 2015 yang diselenggarakan oleh Telkomsel.
Tak cuma harus kerja keras dan disiplin ala militer, Presiden Park yang seorang Jenderal juga menanamkan semangat pali-pali: bekerja cepat.
Selama empat hari, para pemenang NextDev 2015 yakni Rumah Sinau, Gandeng Tangan, dan Jejakku, bekunjung ke Seoul untuk menyerap 'semangat ginseng' perusahaan-perusahaan start up Korea Selatan.
Cindy, 30 tahun, pemandu wisata dari Seoul, mengatakan mereka sudah sangat biasa bekerja keras sampai larut malam. "Teman-teman saya biasa pulang kerja jam 8-9 malam," kata Cindy.
Semangat pali-pali juga tampak dari cara jalan mereka yang tampak selalu bergegas. Mereka, kata Cindy, sadar bahwa negaranya tak kaya sumber daya alam. "Kami harus membuat barang yang benar-benar bagus untuk diekspor".
Dalam hal kepintaran, menurut John, orang Indonesia tak kalah dari anak-anak Korea Selatan. "Tapi mengapa secara kolektif kita ketinggalan jauh dari Korea Selatan?" kata John.
Tentu bukan cuma soal modal. Paling tidak 40-50 tahun lalu, Korea Selatan sama miskinnya dengan Indonesia. Yang membedakan mungkin adalah 'revolusi mental dan semangat ginseng' mereka.
Presiden Jokowi baru mencanangkannya setahun lalu, tapi Korea Selatan sudah memulainya hampir setengah abad lalu. Sekarang, menurut John, pemuda dan pemerintah Korea Selatan merasa, kerja cepat dan keras pun tak lagi cukup supaya mereka bisa terus maju. "Kami harus kreatif dan inovatif".
(sap/rou)