Punya spektrum frekuensi paling banyak dibandingkan para kompetitornya ternyata tak membuat Telkomsel puas dan merasa berkecukupan. Operator seluler yang dimiliki Telkom dan Singtel ini masih mengaku menderita karena kekurangan 'nyawa'.
Seperti diketahui, Telkomsel punya 10 MHz di 900 MHz -- jika digabung dengan spektrum bekas Flexi di 800 MHz. Kemudian di 1.800 MHz mereka punya 22,5 MHz. Lalu di 2,1 GHz juga ada 15 MHz.
Total, Telkomsel punya spektrum 47,5 MHz, paling banyak dibanding operator lain seperti XL Axiata (45 MHz), Indosat Ooredoo (45 MHz), dan Hutchison 3 Indonesia (20 MHz).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi jumlah pelanggan, Telkomsel punya 150 juta -- hampir setara jika seluruh pelanggan kompetitornya digabung angkanya. Dari total pelanggan Telkomsel, 70 juta di antaranya aktif menggunakan layanan data seluler, dimana hampir dua juta lainnya menggunakan 4G.
Sementara dari total 100 ribu base transceiver station (BTS) yang dibangun sampai akhir 2015 untuk melayani 99% populasi penduduk Indonesia. Sedangkan 60% coverage di antaranya sudah dilayani jaringan 3G dan sebagian kecil lainnya 4G lewat 2.200 eNode B.
Nah, angka 3G dan 4G itu memang masih belum bisa sebesar 2G karena satu hal, apalagi kalau bukan masalah keterbatasan frekuensi. Dalam hal ekspansi jaringan layanan, diakui Hendri, pilihannya ada dua: bangun BTS banyak-banyak atau memperlebar spektrum.
Untuk urusan bangun infrastruktur, tak perlu ditanya lagi. Telkomsel tiap tahun sudah pasti jor-joran. Tinggal urusan frekuensi saja yang masih belum bertambah. Itu sebabnya, begitu pemerintah memberikan sinyal akan membuka seleksi 3G di 2,1 GHz, Telkomsel pun menyambut gembira.
"Frekuensi itu seperti nyawa bagi kami, kalau limited (terbatas) ya nggak bisa berkembang. Itu sebabnya kami suffering (menderita) karena kekurangan. Kita sangat butuh tambahan frekuensi," tutur Hendri kepada detikINET saat berkunjung ke kantor detikcom.
Seperti diketahui, saat ini spektrum 2,1 GHz yang memiliki total lebar spektrum 60 MHz, telah ditempati oleh Tri di blok 1 dan 2 (10 MHz), Telkomsel di blok 3, 4, dan 5 (15 MHz), Indosat di blok 6 dan 7 (10 MHz), serta XL di blok 8, 9, dan 10 (15 MHz).
Sementara blok kanal 11 dan 12 yang tersisa alias masih lowong saat ini, merupakan bekas peninggalan Axis Telekomunikasi Indonesia yang dikembalikan ke pemerintah setelah perusahaannya resmi diakuisisi oleh XL pada 2014 lalu.
Kedua blok yang tersisa di spektrum 3G itu rencananya akan ditawarkan melalui seleksi untuk menentukan pemenangnya paling lambat mulai awal 2016. Kedua blok 3G itu bisa saja dimenangkan oleh satu atau dua pemenang.
"Harapan kami bisa menang semua. Tak cuma satu, tapi dua blok sekaligus di 2,1 GHz. Dan di 2,3 GHz kami juga berharap menang (untuk tambahan 4G). Karena kita operator paling Indonesia, jadi harapannya pemerintah juga mau ikut bantu kami," pungkasnya.
Seleksi untuk peluang tambahan frekuensi di 2,3 GHz sendiri belum akan digelar oleh Kementerian Kominfo dalam waktu dekat. Namun dari total 90 MHz di spektrum itu tersedia 30 MHz yang bisa diperebutkan.
Sisanya telah ditempati Smartfren Telecom (30 MHz secara nasional) dan selebihnya oleh beberapa pemain broadband wireless access (BWA) seperti Internux dengan merek Bolt (berbasis zona wilayah).
(rou/rou)