Filosofi Ooredoo dan Tarik Ulur Indosat
Hide Ads

Filosofi Ooredoo dan Tarik Ulur Indosat

Achmad Rouzni Noor II - detikInet
Jumat, 20 Nov 2015 08:21 WIB
Rebranding Indosat Ooredoo (rou/detikINET)
Jakarta - Perlu waktu dua tahun lamanya hingga akhirnya Indosat bersedia menggunakan nama Ooredoo di belakangnya. Diakui, ada tarik ulur dalam proses rebranding jati diri perusahaan telekomunikasi ini.

Menurut Alexander Rusli, President Director & CEO Indosat Ooredoo, sempat ada diskusi alot dalam pergantian identitas ini. Bahkan, nama Indosat sempat akan dihilangkan. Tapi untungnya tidak jadi dan masih dipertahankan.

"Kita satu-satunya (anak usaha) yang masih ada nama lamanya. Yang lain sudah ganti jadi Ooredoo semua. Itu karena brand indosat masih dekat dengan semua orang," ucapnya di kantor pusat PT Indosat, Jakarta, Kamis (19/11/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil kompromi ini malah diakui Alex bisa membuat brand mereka jadi lebih kuat. Dunia mengenal Ooredoo sebagai kekuatan telekomunikasi raksasa di kancah global, sementara Indosat kuat di lokal.

"Sehingga perpaduan ini menghasilkan kekuatan baru. The local strength with international exposure, hasil perkawinan strong national brand dan global brand," lanjut orang nomor satu di perusahaan itu.

Oordeoo sendiri juga merupakan nama hasil rebranding pada 2013 lalu. Sebelumnya, perusahaan asal Qatar itu menggunakan nama Qatar Telecom atau Qtel saat mengambil alih kepemilikan Indosat dari STT Telemedia tujuh tahun yang lalu sebelum akhirnya jadi 65%.

"Ooredoo itu dari Bahasa Arab, alif ro' dal, yang artinya 'aku ingin' atau 'saya mau'. Filosofi itu yang kita gunakan untuk lebih dekat dengan pelanggan. We have to treat customer as a friend, have to be fair, have to be friendly. Itu guidance untuk call center, galeri, dan lainnya," lanjut Alex.

Berangkat dari situ, Indosat selama dua tahun terus melakukan riset mendalam. Mulai dari pemilihan nama, pemilihan warna identitas, merombak kantor, hingga mengganti logo.

"Ada puluhan warna yang harus saya pilih, saya sampai pusing milihnya," ungkap Alex mengisahkan masa transisi selama dua tahun terakhir.

Dan akhirnya, dipilihlah kombinasi warna merah dan kuning. Warna merah dipilih karena mewakili identitas Ooredoo yang jadi induknya, dan warna kuning yang mewakili Indosat.

"Kami ingin leading di digital. Itu sebabnya, kami juga ganti logo. Logo yang lama kan melambangkan satelit. Sementara satelit cuma memberikan kontribusi 1%. Sedangkan digital kami tumbuh 155% dalam setahun terakhir," paparnya.

Selain rebranding perusahaan, operator yang sebagian kecil sahamnya masih dimiliki ‎Indonesia itu juga memperkuat lini depan pemasarannya agar tampak lebih muda dan lebih terlatih menghadapi era digitalisasi.

Kata Alex, Indosat Ooredoo telah melatih 2.000 tenaga digital agar layanan mereka jadi lebih baik di galeri Indosat yang jumlahnya akan ditingkatkan dua kali lipat dari saat ini.

"Kami ingin layanan kami jadi lebih relevan, dan bisa lebih dekat dengan pelanggan. Kami akui selama ini kami memang masih kurang baik, dan kami ingin jadi lebih baik lagi dengan perubahaan ini," ucap Alex.

Menurutnya, hal itu sejalan dengan komitmen Ooredoo: kemudahan digital, customer experience, dan simplicity. Itu sebabnya, Indosat Ooredoo pede jadi perusahaan telekomunikasi digital terdepan dalam tiga tahun ke depan.

"Ini juga opportunity bagi kami, karena yang ketempel di kami selam ini sifatnya tradisional. Padahal kita growth 155% di data. Mengubah persepsi tidak semudah itu. Perlu tampang baru dan experience baru. Kebetulan saja, momen rebranding ini bertepatan dengan tuntasnya refarming 4G di 1.800 MHz dan HUT Indosat," pungkasnya.

(rou/rou)
Berita Terkait