Telkomsel, salah satu operator itu, menilai uji coba teknis distribusi sinyal 4G dari atas ketinggian 20 kilometer dengan radius pancar 40 kilometer itu tidak serta-merta akan mendongkrak jumlah pengguna 4G di Indonesia.
"Belum banyak yang akan pakai LTE di remote area. Bahkan kalau balon Google beroperasi 1-2 tahun lagi juga belum sebesar itu di daerah remote," kata Ririek Adriansyah, Direktur Utama Telkomsel saat berbincang dengan detikINET di Batam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan lainnya tentu saja faktor ketersediaan handset 4G. Belum tentu pengguna seluler di daerah terpencil sudah memiliki handset 4G yang sejauh ini harganya mayoritas masih cukup mahal.
Itu sebabnya, Ririek menilai uji coba dari base station udara ini hanya sebagai tambahan akses dari jaringan darat yang telah dimiliki Telkomsel. "Ini akan jadi komplemen, tapi perlu pembuktian," lanjutnya.
"Nanti balonnya kita tes di tengah hutan, pulau terpencil. Ada daerah yang remote tapi secara teknis sulit dijangkau, misalnya, di balik gunung. Kalau berfungsi, ini akan jadi komplemen, tapi perlu pembuktian," papar orang nomor satu di Telkomsel itu.
Sejauh ini, Telkomsel telah mengomersialisasikan 4G di sembilan kota dengan jumlah pelanggan 1,7 juta yang dilayani oleh 1.300 eNode B untuk base station 4G. Dengan adanya balon Google ini, 4G juga bisa dinikmati di daerah terpencil.
Telkomsel sendiri hingga akhir 2015 ini akan memiliki 100 ribu base station (BTS) yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara, termasuk ke berbagai daerah perbatasan, dimana lebih dari 50% di antaranya adalah BTS broadband, baik itu 3G maupun 4G.
Setelah mengomersialisasikan 4G di sembilan kota, Telkomsel masih punya rencana untuk membuka akses 4G lagi di 30 kota baru. Sehingga, 4G Telkomsel rencananya akan menjangkau 40 kota di Indonesia.
"Untuk yang tahun depan nanti saja ceritanya. Tapi sampai akhir tahun ini, BTS 4G kami akan jadi 2.000 eNode B," pungkas Ririek.
(rou/rou)