"Kalau berhasil, next step baru kita bicara komersial," kata Alexander Rusli, President Director & CEO Indosat saat ditemui di kantor pusat Indosat, Jakarta, Jumat (6/11/2015).
Sejak awal triwulan pertama, balon Google akan dites oleh ketiga operator itu sebagai tambahan base transceiver station (BTS) baru. Mereka menyebutnya sebagai 'BTS terbang' yang melayang di angkasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alex sendiri mengatakan posisi Google di sini hanya sebagai vendor penyedia jasa sewa perangkat radio di udara saja. Karena baru sebatas uji coba, belum ada tarif yang akan dikenakan raksasa internet ini.
Namun andaikan uji coba ini sukses, Indosat mengaku tertarik melanjutkannya dalam bentuk komersialisasi. Asalkan, menurut Alex, ada dua kondisi yang dipenuhi sebelum terjadi kesepakatan untuk komersialisasi.
Pertama, layanan ini bisa menurunkan cost. Dan kedua, coverage jadi lebih luas, satu Indonesia ketutup. Dari situ akan kita tanya, charging-nya berapa, per kilobyte-nya berapa, apakah dihitung by usage atau fixed cost. Itu saja dulu," paparnya.
President Director & CEO XL Axiata Dian Siswarini pun menegaskan kesepakatan dengan Google saat ini hanya untuk uji teknis saja dan belum tentu terjadi kesepakatan untuk komersialisasi layanan memanfaatkan balon tersebut.
"Ini masih uji teknis. Teknologi balon udara itu sendiri masih diinkubasi, masih diteliti dan dikembangkan oleh Google. Kalau teknologi ini bisa menurunkan cost, ya kita mau. Tapi ini model bisnisnya juga masih belum pasti," jelasnya.
Mike Cassidy, Vice President Project Loon sebelumnya pernah mengindikasikan, balon Google tak hanya akan berhenti sampai uji coba saja. Ia berharap, balon ini masih akan terus terbang di Indonesia dalam beberapa tahun mendatang.
"Dalam beberapa tahun ke depan kami berharap Loon bisa membantu memberikan koneksi internet cepat LTE yang bisa menjangkau lebih dari 100 juta rakyat Indonesia," tulis Cassidy dalam blog resmi Google.
Akses internet cepat ini diharapkan bisa dimanfaatkan untuk mengakses bermacam informasi yang tak terbatas, baik edukasi, budaya maupun bermacam kesempatan bisnis.
Menurut Google, saat ini di Indonesia hanya satu dari tiga orang yang menggunakan internet dan kebanyakan menggunakan koneksi internet yang tergolong lambat. Penyebabnya adalah banyak orang yang tinggal di tempat-tempat yang tak mempunyai infrastruktur internet.
Menurut Cassidy, hal itu wajar saja. Dengan negara yang berbentuk kepulauan seperti Indonesia, sangat sulit untuk menggelar jaringan kabel optik ataupun membangun BTS. Di sinilah Loon punya peran penting, dimana balon ini akan berfungsi layaknya BTS operator.
(rou/ash)