Telkomsel bersama Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) akan menguji coba teknologi near field communication (NFC) yang ada di layanan mobile money T-cash untuk mekanisme pendistribusian dana bantuan pemerintah dan subsidi.
"Uji coba T-cash untuk distribusi bantuan akan kami lakukan mulai November hingga akhir 2015 ini di sejumlah lokasi bersama TNP2K," kata Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah dalam peluncuran kembali layanan T-cash di Gandaria City, Jakarta, Kamis (15/10/2015).
Kerja sama ini, lanjut Ririek, merupakan komitmen Telkomsel dalam mendorong penggunaan produk uang elektronik kepada lebih banyak lagi masyarakat, khususnya di dalam mendukung upaya pemerintah dalam mencapai tujuan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita tertarik dengan T-cash karena bisa dijalankan dengan ponsel yang paling sederhana sekalipun. Kerja sama ini jelas sinergi yang tepat karena Telkomsel juga ingin buka jaringan ke pelosok, karena orang miskin ada di pelosok," lanjut Bambang.
Lebih lanjut dipaparkan Bambang, TNP2K telah memiliki data 15,5 juta rumah tangga yang terdata untuk menerima bantuan langsung tunai (BLT). Namun dalam uji coba bersama Telkomsel ini di wilayah Jakarta, Semarang, dan Cirebon, untuk tahap awal ada dua ribu keluarga yang ditargetkan untuk menerima bansos.
Dua ribu keluarga itu akan jadi proyek percontohan untuk studi kelayakan menerima bantuan tunai secara digital lewat ponsel. Nantinya, dana bantuan yang disalurkan lewat T-cash bisa dicairkan di Bank Mandiri dan BNI. Selain itu, dana tersebut juga bisa digunakan untuk belanja di 1.000 merchant mitra Telkomsel.β
Telkomsel hingga triwulan ketiga 2015 ini telah melayani 149 juta pelanggan seluler dengan coverage layanan 95% di Indonesia. Selain itu, Telkomsel juga memiliki 400 ribu mitra distribusi yang bisa membantu sosialisasi T-cash. Sementara pengguna T-cash saat ini telah mencapai 15 juta.
"Dari 15,5 juta yang telah menerima BLT, orang yang miskin yang punya ponsel sekarang hampir 70%-80%. Jadi tidak bisa lagi membedakan orang kaya dan miskin dari kepemilikan ponsel. Meskipun ponsel yang mereka miliki masih basic phone untuk telepon dan SMS saja," pungkas Bambang.β
(rou/fyk)