Para pemain over-the-top (OTT) asing seperti Facebook, Google, dan lainnya didesak untuk ikut membangun server dan infrastruktur jaringan nasional di Indonesia jika masih ingin terus menikmati pasar bisnis di negeri ini.
Demikian ditegaskan Kristiono, yang baru saja terpilih sebagai Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) untuk periode 2015-2018, saat ditemui usai lepas sambut pengurus Mastel yang lama di Club Merchantile, World Trade Center, Jakarta.
Kristiono yang lama bergelut di industri telekomunikasi dengan posisi puncak sebagai mantan Dirut Telkom itu mendapat pertanyaan tentang kiprah Facebook yang coba meraih pelanggan baru dengan gimmick internet gratis lewat internet.org bersama Indosat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kristiono merasa heran karena OTT asing itu bisa dengan mudahnya membujuk operator untuk ikut agenda mereka. Padahal, pasarnya yang digarap ada di sini dan pelanggannya juga dimiliki oleh operator lokal, tapi masih rela keluar duit untuk bayar mahal bandwidth internasional.
"Bandwidth itu kan jadi devisa juga. Menurut saya OTT harus ikut membangun infrastruktur nasional. Kalau tidak bandwidth kita semua dibuang keluar, kita jadi terlalu banyak belanjanya," keluh Kristiono.
"Orang kita komunikasinya cuma di sini kok. Social media juga cuma sesama teman di sini, masa bandwidthnya harus ke Amerika semua. Ya biarin aja di sini semua servernya," paparnya lebih lanjut.
"Kita harus punya kesadaran, kita mesti bangun industri nasional. Kita bukan anti asing, tapi kita undang mereka agar present di sini. Untuk e-commerce juga jualan di sini tapi pakai data center di luar, ya ngapain? Jualan online di sini ya pakai data center di sini, pakai infrastruktur di sini".
"Kalau tidak seperti itu, nanti kita cuma jadi pasar saja, jadi penyalur. Kalau di luar kan tidak ada tax-nya. Padahal dia melayani market di sini tapi tax nggak bisa dikutip, kan yang dirugikan negara kita juga," masih kata Kristiono.
Seperti diketahui, pendiri sekaligus CEO Facebook Mark Zuckerberg melalui program internet.org sedang gencar melaksanakan program internet gratis di beberapa negara seperti, Zambia, Colombia, India, Guatemala, Tanzania, Ghana, Filipina dan Indonesia.
Di Indonesia, Facebook bekerja sama dengan Indosat untuk memuluskan programnya ini. Menurut Zuckerberg saat mengunjungi Indonesia beberapa waktu lalu, sekitar dua pertiga penduduk dunia masih belum tersentuh internet. Dengan dalih ini pula ia pun mengajak para mitranya, termasuk Indosat, untuk bersama-sama memperbesar akses dengan gimmick internet gratis.
"Memperbesar akses ya memang memperbesar, tapi untuk kepentingan siapa? Kepentingan kita juga harus terjaga juga dong. Kita mengharapkan kerja sama itu bukan sekadar business to business, tapi juga kepentingan nasional. Jadi kita harapkan pemerintah juga aware akan hal ini," sahut Kristiono.
"Kalau mau garap market di Indonesia ya hadirlah di Indonesia. Kalau mereka ada di sini, employment juga akan terjadi di sini, pajak di sini, fair jadinya. Ini bukan kita menghalangi, tapi semua harus diatur. Karena kalau ada orang kita yang bekerja dengan mereka di sini, ya mereka ini harus bayar pajak di sini," pungkasnya.
Dorong Konten Lokal
Masih terkait internet gratis, menurut Kristiono seharusnya program ini lebih diutamakan untuk mendorong konten dan aplikasi internet buatan anak negeri dibanding repot-repot menggelar karpet merah untuk OTT asing.
"Memang masih ada 50% subscriber yang belum akses ke internet. Nah, internet free ini justru jadi kesempatan untuk bangun space internet untuk indonesia, yang tipikal Indonesia."
"Kenapa yang lokal nggak diangkat? Ya kita bikinlah internet nusantara. Orang aksesnya free. Begitu ada pencarian, kita buang ke search engine lokal," demikian menurut pandangan Kristiono. (rou/ash)