Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
4 Operator Hampir Sepakat Tata 1.800 MHz Demi 4G

4 Operator Hampir Sepakat Tata 1.800 MHz Demi 4G


- detikInet

Jakarta -

Penataan kanal frekuensi demi 4G LTE di 1.800 MHz yang sempat mandek‎ karena belum adanya kata sepakat antara empat operator seluler, dipastikan oleh Menkominfo Rudiantara akan segera bisa dieksekusi dalam waktu dekat ini.

"Untuk clustering dan metodenya, almost done. Target saya sebelum saya pergi ke luar negeri 14 April nanti sudah harus jalan," kata Chief RA saat ditemui di ruang serba guna Kementerian Kominfo, Senin (6/4/2015).

‎Menkominfo sendiri mengaku telah mendesak keempat operator tersebut untuk secepatnya memutuskan metode pemindahan kanal agar bisa mengeluarkan Keputusan Menteri untuk penataan dan 4G di 1.800 MHz bisa dinikmati di seluruh Indonesia pada akhir 2015

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pokoknya saya tak mau target waktu komersial 4G di 1.800 MHz itu molor di akhir tahun ini," lanjut Chief RA yang telah menandatangani Surat Edaran No. 1/2015 tentang kebijakan tata ulang pita frekuensi 1.800 MHz, serta membentuk Satgas untuk mengawasi tata ulang tersebut.

Diungkapkannya, pemerintah memiliki target pada semester kedua 2015 operator mulai melakukan penataan kanal di frekuensi 1.800 MHz agar bisa menempati posisi berdampingan sehingga ideal untuk 4G.

Keempat operator yang dimaksud adalah Telkomsel (22,5 MHz), XL Axiata (22,5 MHz), Indosat (20 MHz), dan Hutchison 3 Indonesia (10 MHz).

"Total ada 42 cluster. Di clusternya itu awalnya ada metode direct dan indirect, sekarang ada step-wise. Itu mungkin ada yang menggunakan direct, ada yang indirect ada juga di antaranya. Tergantung operatornya saja," ujar Rudiantara.

Ia menjelaskan skenario penataan tetap dilakukan per cluster atau wilayah. Sementara migrasi kanal di masing-masing cluster tersebut nantinya dilakukan dengan metode step-wise yang mengkombinasikan antara metode direct, indirect, dan antara keduanya.

Metode direct yang dimaksud berarti migrasi frekuensi dilakukan serempak pada suatu cluster, sedangkan indirect berarti migrasi tersebut dilakukan bertahap dengan menyediakan kanal kosong untuk transisi.

"Kita percaya pada operator. Kalau menurut saya operator sudah bagus, mereka tidak melihatnya sebagai kepentingan masing-masing, melainkan kepentingan industri. Karena kita kan sepakat bahwa broadband itu memang harus menjadi tujuan kita, ada beda-beda sedikit bisa diselesaikan lah," pungkasnya.

Sebelumnya menteri sempat mengingatkan bahwa pengguna layanan telekomunikasi punya kemungkinan merasakan gangguan saat berlangsung proses migrasi. Misalnya dalam hal penurunan kualitas jaringan. Apalagi di 1.800 MHz ini masih ada 180 juta pelanggan yang menggunakan 2G.

Skenario penataan per cluster dilakukan untuk meminimalisir gangguan itu. Pertimbangan pemilihan cluster pun didasarkan pada wilayah yang implikasinya ke pelanggan cenderung minim, efisien, dan bisa dilakukan dengan cepat.

"Prinsipnya tiga. Pertama kecepatan, kedua efisiensi, ketiga adalah menghindari kemungkinan refarming lagi," pungkas menteri.

(rou/rns)





Hide Ads